Thursday, June 30, 2011

Isra' Mi'raj dan Perintah Shalat

    Meskipun banyak pendapat yang menghubungkan Isra' Mi'raj dengan diterimanya perintah shalat 5 waktu, namun tidak semua ulama sepakat mengenai hal ini. Ayat Al Qur'an yang menceritakan Isra' Mi'raj sama sekali tidak menyinggung masalah perintah shalat.


Sementara beberapa hadits justru mengisyaratkan bahwa sebelum peristiwa Isra' Mi'raj Rasulullah dan para pengikutnya sudah melaksanakan shalat. Bahkan kalau kita perhatikan, shalat adalah merupakan ibadah yang diperintahkan kepada semua Nabi Allah sebelum Muhammad, termasuk Adam, Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa as, untuk diajarkan kepada umat manusia sebagaimana disebutkan dalam  banyak ayat  Al Quran.

Makna Isra Mi'raj

Pengertian Umum Isra' Mi'raj
    Isra' adalah peristiwa diperjalankannya Rasulullah Muhammad oleh Allah, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa pada malam hari, sebagaimana disebutkan dalam (Al Isra' 17: 1):
    "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar  lagi Maha Mengetahui."

    Mi'raj adalah peristiwa diangkatnya Rasulullah Muhammad dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha. Dalam (An Najm 53: 13-18)  Allah berfirman:
"Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha) ada syurga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar."

Wednesday, June 29, 2011

Sebuah Renungan Untuk Para Suami

Wahai sang suami .... Apakah membebanimu wahai hamba Allah, untuk tersenyum di hadapan istrimu dikala anda masuk ketemu istri tercinta, agar anda meraih pahala dari Allah?!! Apakah membebanimu untuk berwajah yang berseri-seri tatkala anda melihat anak dan istrimu?!! Apakah menyulitkanmu wahai hamba Allah, untuk merangkul istrimu, mengecup pipinya serta bercumbu disaat anda menghampiri dirinya?!!

Apakah memberatkanmu untuk mengangkat sesuap nasi dan meletakkannya di mulut sang istri, agar anda mendapat pahala?!!

Apakah termasuk susuh, kalau anda masuk rumah sambil mengucapkan salam dengan lengkap : Assalamu`alaikum Warahmatullah Wabarakatuh agar anda meraih 30 kebaikan?!!


Apa yang membebanimu, jika anda menuturkan untaian kata-kata yang baik yang disenangi kekasihmu, walaupun agak terpaksa, dan mengandung bohong yang dibolehkan?!!

Tanyalah keadaan istrimu di saat anda masuk rumah!!

Apakah memberatkanmu, jika anda menuturkan kepada istrimu di saat masuk rumah : Duhai kekasihku, semenjak Kanda keluar dari sisimu, dari pagi sampai sekarang, serasa bagaikan setahun.

Sesungguhnya, jika anda betul-betul mengharapkan pahala dari Allah walau anda letih dan lelah, anda mendekati sang istri tercinta dan menjimaknya, maka anda mendapatkan pahala dari Allah, karena Rasulullah bersabda :Dan di air mani seseorang kalian ada sedekah.

Apakah melelahkanmu wahai hamba Allah, jika anda berdoa dan berkata : Ya. Allah perbaikilah istriku dan berkatilah daku pada dirinya.

Ucapan baik adalah sedekah.
Wajah yang berseri dan senyum yang manis di hadapan istri adalah sedekah.
Mengucapkan salam mengandung beberapa kebaikan.
Berjabat tangan mengugurkan dosa-dosa.
Berhubungan badan mendapatkan pahala.


Diambil dari kitab Fiqh pergaulan suami istri oleh Syeikh Mushtofa Al Adawi.

Sumber : www.perpustakaan-islam.com

Saturday, June 25, 2011

BERAGAMA DENGAN SMART

Dari beberapa kasus para penganut agama (mungkin sebagian besar) terjebak dalam paradigma yang membuat kebebasan mereka sendiri juga kebebasan penganut agama lain dalam menentukan pilihannya menjadi terbatasi, coba kita lihat pernyataan berikut ini: (ctt: tentu saja tidak bisa digeneralisir bahwa semua penganut agama memiliki cara berpikir demikian. Barangkali perlu diadakan survey untuk mendapatkan data yang lebih valid.)


Muslim beranggapan bahwa orang Islam pasti masuk surga sedangkan semua orang non muslim pasti masuk neraka.

Kristiani beranggapan bahwa orang yang mengakui Yesus Juru Selamat otomatis termasuk manusia yang ditebus dosanya oleh Yesus dan pasti masuk surga, dan orang selain itu tetap membawa dosa asal, sehingga pasti masuk neraka.

Hindu, Budha, dan agama agama lain juga memiliki kecenderungan yang sama.

Beberapa orang yang merasa perlu bersikap moderat berkata,”Tidak usah saling klaim kelompok sendiri yang benar seperti itu lah,….kan semua agama itu baik. Tujuannya kan sama sama kembali pada Tuhan,…… yang Muslim masuk surga dengan memeluk agama Islam, yang Kristen masuk surga dengan mempercayai Yesus sebagai Juru Selamat,…yang Budha sampai ke Nirwana dengan melaksanakan ajaran ajaran Sidharta Gautama, yang Hindu juga demikian,….Orang Aliran kepercayaan sering bilang,”Yang penting eling, ingat dan percaya kepada Tuhan, kemudian melakukan kebaikan,…..

Untuk melihat masalah ini secara lebih sederhana tulisan ini dengan tidak mengurangi hormat saya terhadap pemeluk agama yang lain,…saya hanya mengambil dua agama besar sebagai contoh pembahasan dalam buku ini, yaitu Islam dan Kristen. Kalau disebutkan Kristen atau Kristiani berarti merujuk pada Katolik dan Protestan.

Coba simak pernyataan berikut:
Pertanyaan yang biasa diajukan kepada muslim

  1. Ada seorang beragama Islam yang jahat,….. satu lagi ada orang non muslim yang baik dan banyak berbuat kebajikan,…….nah menurut anda mana yang lebih baik diantara keduanya? Dan yang tak kalah penting, mana diantara keduanya yang akan dimasukkan ke dalam surga oleh Tuhan?
  2. Orang yang dilahirkan sebagai muslim, orang tuanya muslim, tumbuh besar dalam lingkungan muslim,…..wajar kalau dia menjadi muslim,……bagaimana dengan orang yang lahir sebagai orang non Muslim, orang tuanya non Muslim, tumbuh dewasa dalam lingkungan non muslim,…wajar dong kalau dia tidak jadi muslim,….terus kalau pada akhirnya Tuhan memasukkan orang itu ke neraka karena tidak Islam,…wow kasihan amat orang itu,…lalu dimana Maha Adilnya Tuhan?

Pertanyaan yang juga bisa ditanyakan kepada Kristiani
1.      Ada seorang beragama Kristen yang jahat,…..satulagi ada orang non kristiani yang baik, santun, dan banyak berbuat kebajikan,….. nah menurut anda mana yang lebih baik diantara keduanya? Dan yang tak kalah penting, mana diantara keduanya yang akan dimasukkan ke dalam surga oleh Tuhan?
2.      Orang yang dilahirkan sebagai Kristen, orang tuanya Kristen, tumbuh besar dalam lingkungan Kristen,…..wajar kalau dia masuk surga,……bagaimana dengan orang yang lahir sebagai orang non Kristiani, orang tuanya non Kristiani, tumbuh dewasa dalam lingkungan non Kristiani,…wajar dong kalau dia tidak jadi Kristen,….terus kalau pada akhirnya Tuhan memasukkan orang itu ke neraka karena tidak Kristen,…wow kasihan amat orang itu,…lalu dimana Maha Adilnya Tuhan?



Pertanyaan pertanyaan itu sangat sederhana, dan sangat wajar muncul dalam pikiran seseorang,……dan buku ini akan memberikan detil jawabannya dangan uraian yang gamblang dengan berbagai kemungkinannya.

Dan anda akan tau pada akhirnya,…..bahwa anda, dan semua orang selain anda memiliki kesempatan yang sama untuk bisa mendapatkan Surga yang dijanjikan Tuhan untuk manusia. Bayi bayi yang lahir setiap hari di seluruh penjuru dunia ini, coba anda renungkan, adakah diantara bayi itu yang diciptakan oleh selain Tuhan?. Jika semua bayi diciptakan oleh Tuhan,…. Maka dengan KeadilanNya,….Dia juga memberikan kesempatan yang sama kepada semua bayi ciptaannya itu untuk mendapatkan kehidupan layak, bukan hanya di dunia ini, tapi juga diakhirat nanti.

Thursday, June 23, 2011

PM Inggris Tony Blair Tiap Hari Baca Quran

VIVAnews -- Saat masih menjadi Perdana Menteri Inggris dan tinggal di Downing Street Nomor 10, Tony Blair dikenal dikenal enggan bicara tentang agama.

Namun, sejak lengser dari jabatannya pada 2007, Blair menjadi lebih terbuka soal keyakinan. Ia yang memeluk Katolik beberapa bulan sebelum meninggalkan kediaman resmi perdana menteri, kini mengaku membaca Al Quran setiap hari.

Menurut dia, dengan membaca kitab suci Islam -- yang diyakini umat muslim sebagai kata-kata yang langsung diturunkan oleh Allah-- memastikan bahwa ia 'melek keyakinan'.

Dalam sebuah wawancara dengan media Observer, yang dipublikasikan kemarin, Blair berujar, "Menjadi 'melek keyakinan' adalah hal yang penting dalam dunia yang makin global, itu yang saya yakini," kata dia, seperti dimuat Daily Mail, Senin 13 Juni 2011.

"Saya membaca Al Quran setiap hari. Sebagian untuk memahami beberapa hal yang terjadi di dunia, tapi terutama karena ia (Quran) sangat instruktif."

Mantan pemimpin Partai Buruh itu yakin pengetahuannya atas keyakinan yang ada di dunia akan menguatkan peran barunya sebagai utusan Timur Tengah bagi empat lembaga sekaligus: PBB, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Rusia.

Blair sebelumnya memuji Islam sebagai agama yang 'indah' dan mengatakan Nabi Muhammad adalah 'penguasa yang beradab'.

Tahun 2006, ia juga memuji Al Quran sebagai 'kitab reformasi', inklusif, meninggikan ilmu pengetahuan dan membenci tahayul. Kitab itu juga mengandung petunjuk praktis bagaimana menjalankan pernikahan, juga pemerintahan.

Namun, Blair menyayangkan bagaimana kelimpok militan yang menginterpretasikan Al Quran sebagai panggilan untuk menyerang dan membunuh. Masih terngiang dalam ingatannya pada 7 Juli 2005, saat ia masih perdana menteri, teror bom mengguncang London. 52 orang tak bersalah tewas.

Tak hanya Blair yang tertarik dengan Islam. Iparnya, Lauren Booth, membuat pengumuman mengejutkan. Booth telah memeluk Islam setelah mengalami apa yang ia deskripsikan sebagai 'pengalaman 'spiritual' saat mengunjungi sebuah tempat suci di Iran.
• VIVAnews

Awas Daging Babi Menyebabkan Kelumpuhan

VIVAnews - Seorang lelaki di Birmingham, Inggris, menderita kelumpuhan dan hampir meninggal akibat bakteri yang terdapat di daging babi setengah matang. Bakteri tersebut menyebabkan pertahanan tubuhnya menurun dan kerja otaknya melemah.

Dilansir dari laman Daily Mail, Kamis, 23 Juni 2011, Darren Ashall, 46, menghabiskan lima bulan terbaring di rumah sakit. Saat ini kondisinya mulai membaik, namun dia masih kesulitan berbicara dan berjalan.

Ashall mengatakan bahwa penyakitnya mulai muncul setelah dia memakan dua potong daging babi yang tidak dimasaknya dengan matang. "Saya rasa salah satu daging tidak matang, saya menyesal langsung memakannya," ujar Ashall.

Sebulan setelah memakan daging itu, Ashall dilarikan ke rumah sakit akibat serangan jantung. Setelah tiga hari, setengah wajahnya turun. Awalnya dia dikira menderita stroke, namun menurut dokter dari rumah sakit Chorley and South Ribble, sekumpulan bakteri mematikan memasuki otaknya dan menghancurkan sistem pertahanan tubuhnya. Penyakit ini juga membuat gumpalan nanah terbentuk di otaknya.

"Saya dirawat di rumah sakit selama berbulan-bulan, tapi tidak membuahkan hasil," ujarnya,.

Dokter mengatakan Ashall menderita penyakit Listeria Meningitis yang disebabkan oleh bakteri Listeria yang dapat bersarang di tubuh selama 70 hari lamanya. Penyakit ini membuat Ashall lumpuh total, bahkan untuk bernafas pun harus menggunakan alat bantu pernafasan.

Jika tidak ditangani rumah sakit, dapat dipastikan Ashall meninggal. Barulah setelah beberapa bulan, Ashall mulai pulih dan mulai dapat berbicara dan berjalan.
• VIVAnews

Wednesday, June 22, 2011

Jika PNS Korupsi Waktu

Syekh Abdul Muhsin bin Nashir Alu ‘Ubaikan mengutip perkataan Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah yang mengatakan, “Gaji yang diambilkan dari baitul mal (baca: kas negara) bukan merupakan 'iwadh (kompensasi) maupun ujrah (upah dalam transaksi ijarah alias jual beli jasa), namun statusnya adalah rizq (pemberian) untuk membantu PNS (Pegawai Negeri Sipil) agar bisa taat kepada Allah. Dengan demikian, siapa saja PNS yang bekerja ikhlas karena Allah maka dia akan diberi pahala, sehingga gaji yang dia dapatkan dari kas negara adalah rizq yang bisa membantunya untuk tetap bisa taat. Demikian pula, harta yang didapatkan dari harta wakaf untuk kegiatan-kegiatan kebaikan, harta yang didapatkan karena wasiat, dan harta yang didapatkan dari nazar, seluruhnya tidaklah berstatus sebagai ujrah.” (Al-Fatawa Al-Kubra, juz 4, hlm. 413--414, cetakan Darul Qalam)

Setelah itu, Syekh Abdul Muhsin Alu Ubaikan mengatakan, “Seorang PNS yang bersikap seenaknya terhadap kewajiban jam kantor atau jam kerja, kemudian dia bertobat, apakah dia memiliki kewajiban untuk mengembalikan sebagian dari gajinya yang sebanding dengan jam kerja yang dia korupsi?


Perkataan Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah di atas menunjukkan bahwa PNS tersebut tidaklah memiliki kewajiban semacam itu karena status hukum dari gaji PNS adalah rizq, bukan ujrah, bukan pula 'iwadh. Akan tetapi, korupsi waktu yang dia lakukan merupakan dosa besar sehingga dia wajib bertobat kepada Allah dan meningkatkan kesungguhan dan etos kerjanya untuk mengganti waktu kerja yang dia korupsi.

Pemahaman dan pendapat saya yang semacam ini telah saya sodorkan kepada guru kami, 'Allamah Abdullah bin Muhammad bin Humaid, mantan Kepala Majelis Al-Qadha’ Al-A’la, Kerajaan Saudi Arabia. Beliau menyetujui pendapat dan pemahaman semacam ini. Di majelis tersebut juga terdapat Syekh 'Allamah Hamud At-Tuwaijiri, dan beliau juga tidak membantah pendapat di atas.”

Keterangan: Penjelasan Syekh Abdul Muhsin Al-Ubaikan di atas bisa di baca di situs beliau al-obeikan.com

www.PengusahaMuslim.com

Wednesday, June 15, 2011

Panduan Shalat Gerhana

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka hingga akhir zaman.

Malam hari ini, bertepatan dengan pergantian tahun akan terjadi gerhana bulan parsial -yang dapat disaksikan dari seluruh daerah di Indonesia-. Begitu pula 14 hari kemudian akan terjadi gerhana matahari -namun hanya dapat disaksikan dari sebagian daerah.- Berikut info selengkapnya.

Info Gerhana Januari 2010

Berdasarkan perkiraan, akan terjadi gerhana sebanyak dua kali di awal tahun ini yaitu gerhana bulan pada 1 Januari 2010 dan gerhana matahari pada 15 Januari 2010.
Untuk gerhana bulan yang pertama dapat dinikmati oleh seluruh daerah di Indonesia pada 1 Januari 2010 dinihari.
"Di seluruh wilayah Indonesia bisa mengamatinya," ujar peneliti utama astronomi dan astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaludin, ketika dihubungi detikcom, Senin (28/12/2009).
Thomas menjelaskan, gerhana Bulan yang terjadi sekitar satu jam tersebut bisa dinikmati sepanjang di wilayah tersebut masih memasuki waktu malam.
"Mulai pukul 01.53 WIB hingga 02.53 WIB di seluruh wilayah yang waktu itu malam hari bisa mengamati," terang Thomas.
Menurut Thomas, gerhana Bulan tersebut tidak terlalu besar. Bulatan Bulan yang tertutup bayangan Bumi hanya sekitar 7 persen.
Untuk gerhana yang kedua yaitu gerhana matahari terjadi pada 15 Januari 2010. Gerhana tersebut adalah gerhana cincin (annular), namun di Indonesia yang tampak adalah gerhana sebagian (parsial). Akibatnya hanya kawasan tertentu di Indonesia saja yang bisa menyaksikannya.
"Gerhana cincin itu hanya melintas di Afrika bagian selatan, India, Thailand dan China. Di Indonesia, di Sumatera, Kalimantan, Jawa bagian barat dan tengah serta Sulawesi bagian utara," ujarnya.
Gerhana Matahari ini terlihat pada sore hari. "Di Indonesia tergantung wilayahnya, baru ada sekitar pukul 3 - 4 sore. Di Indonesia Tengah sekitar pukul 4 hingga 5 sore," terang Thomas.
Penampakan gerhana Matahari di masing-masing wilayah Indonesia juga berbeda-beda. Di Jawa penampakan hanya mencapai sekitar 10 persen, di Kalimantan sekitar 5-20 persen, di Sulawesi hanya 0-7 persen.
"Sumatera mencapai 10-60 persen, yang paling baik di Aceh sekitar 60 persen," tutupnya. 1


Bagi yang Menyaksikan Gerhana Hendaklah Melaksanakan Shalat Gerhana

Jika seseorang menyaksikan gerhana, hendaklah ia melaksanakan shalat gerhana sebagaimana tata cara yang nanti akan kami utarakan, insya Allah.
Lalu apa hukum shalat gerhana? Pendapat yang terkuat, bagi siapa saja yang melihat gerhana dengan mata telanjang, maka ia wajib melaksanakan shalat gerhana.
Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ

”Jika kalian melihat gerhana tersebut (matahari atau bulan) , maka bersegeralah untuk melaksanakan shalat.”2
Karena dari hadits-hadits yang menceritakan mengenai shalat gerhana mengandung kata perintah (jika kalian melihat gerhana tersebut, shalatlah: kalimat ini mengandung perintah). Padahal menurut kaedah ushul fiqih, hukum asal perintah adalah wajib. Pendapat yang menyatakan wajib inilah yang dipilih oleh Asy Syaukani, Shidiq Hasan Khoon, dan Syaikh Al Albani rahimahumullah.

Catatan: Jika di suatu daerah tidak nampak gerhana, maka tidak ada keharusan melaksanakan shalat gerhana. Karena shalat gerhana ini diharuskan bagi siapa saja yang melihatnya sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.

Waktu Pelaksanaan Shalat Gerhana

Waktu pelaksanaan shalat gerhana adalah mulai ketika gerhana muncul sampai gerhana tersebut hilang.
Dari Al Mughiroh bin Syu’bah, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِىَ

”Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat keduanya, berdo’alah pada Allah, lalu shalatlah hingga gerhana tersebut hilang (berakhir).”3
Shalat gerhana juga boleh dilakukan pada waktu terlarang untuk shalat. Jadi, jika gerhana muncul setelah Ashar, padahal waktu tersebut adalah waktu terlarang untuk shalat, maka shalat gerhana tetap boleh dilaksanakan. Dalilnya adalah:
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ

”Jika kalian melihat kedua gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan shalat.”4 Dalam hadits ini tidak dibatasi waktunya. Kapan saja melihat gerhana termasuk waktu terlarang untuk shalat, maka shalat gerhana tersebut tetap dilaksanakan.

Hal-hal yang Dianjurkan Ketika Terjadi Gerhana

Pertama: perbanyaklah dzikir, istighfar, takbir, sedekah dan bentuk ketaatan lainnya.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”5

Kedua: keluar mengerjakan shalat gerhana secara berjama’ah di masjid.

Salah satu dalil yang menunjukkan hal ini sebagaimana dalam hadits dari ’Aisyah bahwasanya Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengendari kendaraan di pagi hari lalu terjadilah gerhana. Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melewati kamar istrinya (yang dekat dengan masjid), lalu beliau berdiri dan menunaikan shalat.6 Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mendatangi tempat shalatnya (yaitu masjidnya) yang biasa dia shalat di situ.7
Ibnu Hajar mengatakan, ”Yang sesuai dengan ajaran Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam adalah mengerjakan shalat gerhana di masjid. Seandainya tidak demikian, tentu shalat tersebut lebih tepat dilaksanakan di tanah lapang agar nanti lebih mudah melihat berakhirnya gerhana.”8

Lalu apakah mengerjakan dengan jama’ah merupakan syarat shalat gerhana? Perhatikan penjelasan menarik berikut.

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin mengatakan, ”Shalat gerhana secara jama’ah bukanlah syarat. Jika seseorang berada di rumah, dia juga boleh melaksanakan shalat gerhana di rumah. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam,
فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا

”Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalatlah”.9

Dalam hadits ini, beliau shallallahu ’alaihi wa sallam tidak mengatakan, ”(Jika kalian melihatnya), shalatlah kalian di masjid.” Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa shalat gerhana diperintahkan untuk dikerjakan walaupun seseorang melakukan shalat tersebut sendirian. Namun, tidak diragukan lagi bahwa menunaikan shalat tersebut secara berjama’ah tentu saja lebih utama (afdhol). Bahkan lebih utama jika shalat tersebut dilaksanakan di masjid karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengerjakan shalat tersebut di masjid dan mengajak para sahabat untuk melaksanakannya di masjid. Ingatlah, dengan banyaknya jama’ah akan lebih menambah kekhusu’an. Dan banyaknya jama’ah juga adalah sebab terijabahnya (terkabulnya) do’a.”10

Ketiga: wanita juga boleh shalat gerhana bersama kaum pria

Dari Asma` binti Abi Bakr, beliau berkata,
أَتَيْتُ عَائِشَةَ - رضى الله عنها - زَوْجَ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - حِينَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ ، فَإِذَا النَّاسُ قِيَامٌ يُصَلُّونَ ، وَإِذَا هِىَ قَائِمَةٌ تُصَلِّى فَقُلْتُ مَا لِلنَّاسِ فَأَشَارَتْ بِيَدِهَا إِلَى السَّمَاءِ ، وَقَالَتْ سُبْحَانَ اللَّهِ . فَقُلْتُ آيَةٌ فَأَشَارَتْ أَىْ نَعَمْ

“Saya mendatangi Aisyah radhiyallahu ‘anha -isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika terjadi gerhana matahari. Saat itu manusia tengah menegakkan shalat. Ketika Aisyah turut berdiri untuk melakukan sholat, saya bertanya: “Kenapa orang-orang ini?” Aisyah mengisyaratkan tangannya ke langit seraya berkata, “Subhanallah (Maha Suci Allah)”. Saya bertanya: “Tanda (gerhana)?” Aisyah lalu memberikan isyarat untuk mengatakan iya.”11

Bukhari membawakan hadits ini pada bab:
صَلاَةِ النِّسَاءِ مَعَ الرِّجَالِ فِى الْكُسُوفِ

”Shalat wanita bersama kaum pria ketika terjadi gerhana matahari.”
Ibnu Hajar mengatakan,
أَشَارَ بِهَذِهِ التَّرْجَمَة إِلَى رَدّ قَوْل مَنْ مَنَعَ ذَلِكَ وَقَالَ : يُصَلِّينَ فُرَادَى

”Judul bab ini adalah sebagai sanggahan untuk orang-orang yang melarang wanita tidak boleh shalat gerhana bersama kaum pria, mereka hanya diperbolehkan shalat sendiri.”12

Kesimpulannya, wanita boleh ikut serta melakukan shalat gerhana bersama kaum pria di masjid. Namun, jika ditakutkan keluarnya wanita tersebut akan membawa fitnah (menggoda kaum pria), maka sebaiknya mereka shalat sendiri di rumah.13

Keempat: menyeru jama’ah dengan panggilan ’ash sholatu jaami’ah’ dan tidak ada adzan maupun iqomah.
Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan,
أنَّ الشَّمس خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَبَعَثَ مُنَادياً يُنَادِي: الصلاَةَ جَامِعَة، فَاجتَمَعُوا. وَتَقَدَّمَ فَكَبرَّ وَصلَّى أربَعَ رَكَعَاتٍ في ركعَتَين وَأربعَ سَجَدَاتٍ.

“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil jama’ah dengan: ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.”14 Dalam hadits ini tidak diperintahkan untuk mengumandangkan adzan dan iqomah. Jadi, adzan dan iqomah tidak ada dalam shalat gerhana.

Kelima: berkhutbah setelah shalat gerhana

Disunnahkah setelah shalat gerhana untuk berkhutbah, sebagaimana yang dipilih oleh Imam Asy Syafi’i, Ishaq, dan banyak sahabat15. Hal ini berdasarkan hadits:

عَنْ عَائِشةَ رَضي الله عَنْهَا قَالَتْ: خَسَفَتِ الشمسُ عَلَى عَهدِ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم. فَقَامَ فَصَلَّى رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم بالنَّاس فَأطَالَ القِيَام، ثُمَّ رَكَعَ فَأطَالَ الرُّكُوعَ، ثُمَّ قَامَ فَأطَالَ القيَامَ وَهو دُونَ القِيَام الأوَّلِ، ثم رَكَعَ فَأطَالَ الرُّكوعَ وهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأوَّلِ، ثُم سَجَدَ فَأطَالَ السُّجُودَ، ثم فَعَلَ في الركعَةِ الأخْرَى مِثْل مَا فَعَل في الركْعَةِ الأولى، ثُمَّ انصرَفَ وَقَدْ انجَلتِ الشَّمْسُ، فَخَطبَ الناسَ فَحَمِدَ الله وأثنَى عَليهِ ثم قالَ:

" إن الشَّمس و القَمَر آيتانِ مِنْ آيَاتِ الله لاَ تنْخَسِفَانِ لِمَوتِ أحد. وَلاَ لِحَيَاتِهِ. فَإذَا رَأيتمْ ذلك فَادعُوا الله وَكبروا وَصَلُّوا وَتَصَدَّ قوا".
ثم قال: " يَا أمةَ مُحمَّد " : والله مَا مِنْ أحَد أغَْيَرُ مِنَ الله سُبْحَانَهُ من أن يَزْنَي عَبْدُهُ أوْ تَزني أمَتُهُ. يَا أمةَ مُحَمد، وَالله لو تَعْلمُونَ مَا أعلم لضَحكْتُمْ قَليلاً وَلَبَكَيتم كثِيراً ".

Dari Aisyah, beliau menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya, beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.
Setelah itu beliau berkhotbah di hadapan orang banyak, beliau memuji dan menyanjung Allah, kemudian bersabda,
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”
Nabi selanjutnya bersabda,
”Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina. Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”16

Khutbah yang dilakukan adalah sekali sebagaimana shalat ’ied, bukan dua kali khutbah. Inilah pendapat yang benar sebagaimana dipilih oleh Imam Asy Syafi’i.17

Tata Cara Shalat Gerhana

Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua raka’at dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun, para ulama berselisih mengenai tata caranya.

Ada yang mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan sebagaimana shalat sunnah biasa, dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada sekali ruku’, dua kali sujud. Ada juga yang berpendapat bahwa shalat gerhana dilakukan dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada dua kali ruku’, dua kali sujud. Pendapat yang terakhir inilah yang lebih kuat sebagaimana yang dipilih oleh mayoritas ulama.18

Hal ini berdasarkan hadits-hadits tegas yang telah kami sebutkan:
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.”19

“Aisyah menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.”20

Ringkasnya, tata cara shalat gerhana -sama seperti shalat biasa dan bacaannya pun sama-, urutannya sebagai berikut.
[1] Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau shallallahu ’alaihi wa sallam juga tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya.

[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.

[3] Membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:
جَهَرَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ

”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)

[4] Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.

[5] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’

[6] Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.

[7] Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.

[8] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).

[9] Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.

[10] Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.

[11] Tasyahud.

[12] Salam.

[13] Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak. 21

Nasehat Terakhir

Saudaraku, takutlah dengan fenomena alami ini. Sikap yang tepat ketika fenomena gerhana ini adalah takut, khawatir akan terjadi hari kiamat. Bukan kebiasaan orang seperti kebiasaan orang sekarang ini yang hanya ingin menyaksikan peristiwa gerhana dengan membuat album kenangan fenomena tersebut, tanpa mau mengindahkan tuntunan dan ajakan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika itu. Siapa tahu peristiwa ini adalah tanda datangnya bencana atau adzab, atau tanda semakin dekatnya hari kiamat. Lihatlah yang dilakukan oleh Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam:
عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى زَمَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَامَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ حَتَّى أَتَى الْمَسْجِدَ فَقَامَ يُصَلِّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ مَا رَأَيْتُهُ يَفْعَلُهُ فِى صَلاَةٍ قَطُّ ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِى يُرْسِلُ اللَّهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ

Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat sedemikian rupa.”
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda,”Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah.”22

An Nawawi rahimahullah menjelaskan mengenai maksud kenapa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam takut, khawatir terjadi hari kiamat. Beliau rahimahullah menjelaskan dengan beberapa alasan, di antaranya:
Gerhana tersebut merupakan tanda yang muncul sebelum tanda-tanda kiamat seperti terbitnya matahari dari barat atau keluarnya Dajjal. Atau mungkin gerhana tersebut merupakan sebagian tanda kiamat. 23
Hendaknya seorang mukmin merasa takut kepada Allah, khawatir akan tertimpa adzab-Nya. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam saja sangat takut ketika itu, padahal kita semua tahu bersama bahwa beliau shallallahu ’alaihi wa sallam adalah hamba yang paling dicintai Allah. Lalu mengapa kita hanya melewati fenomena semacam ini dengan perasaan biasa saja, mungkin hanya diisi dengan perkara yang tidak bermanfaat dan sia-sia, bahkan mungkin diisi dengan berbuat maksiat. Na’udzu billahi min dzalik.

Demikian penjelasan ringkas kami mengenai shalat gerhana . Semoga bermanfaat.

Footnote:
1 Sumber bacaan: detik.com

2 HR. Bukhari no. 1047

3 HR. Bukhari no. 1060 dan Muslim no. 904

4 HR. Bukhari no. 1047

5 HR. Bukhari no. 1044

6 HR. Bukhari no. 1050

7 Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/343

8 Fathul Bari, 4/10

9 HR. Bukhari no. 1043

10 Syarhul Mumthi’, 2/430

11 HR. Bukhari no. 1053

12 Fathul Bari, 4/6

13 Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/345

14 HR. Muslim no. 901

15 Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/435

16 HR. Bukhari, no. 1044

17 Lihat Syarhul Mumthi’, 2/433

18 Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/435-437

19 HR. Muslim no. 901

20 HR. Bukhari, no. 1044

21 Lihat Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim, 349-356, Darul Fikr dan Shohih Fiqih Sunnah, 1/438

22 HR. Muslim no. 912

23 Syarh Muslim, 3/322


Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel : Rumaysho.com
Wisma MTI, Pogung Kidul, sekretariat YPIA, 14 Muharram 1431 H

Friday, June 10, 2011

5 Tips Jitu Berdakwah di Facebook

Saat ini facebook adalah situs jejaring sosial yang paling populer di Indonesia. Menurut data yang bersumber dari checkfb.com, Indonesia berada di peringkat ke-7 jumlah pengguna facebook terbanyak di dunia dan kedua di Asia dengan jumlah 11.759.980 pengguna per minggu, 8 November 2009 pukul 05.30 WIB. [1]

Sayangnya, masih sedikit sekali kaum muslimin yang memanfaatkan facebook untuk berdakwah. Pada umumnya, aktivitas pengguna facebook tidak terlalu bermanfaat khususnya untuk kehidupan akhirat, seperti update status, mengomentari status teman, wall to wall, bertukar graffiti, dll.
“Di antara kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya.”
(HR. Tirmidzi)

Syaikh Ibnu Utsaimin berkata : Manusia semestinya meninggalkan apa yang tidak berguna baginya, baik dalam urusan dunia maupun akhiratnya. Karena hal itu lebih memelihara waktunya, lebih selamat untuk agamanya, dan lebih mudah untuk menutupi kekurangannya. Seandainya ia campur tangan dalam berbagai urusan manusia yang tidak berguna baginya niscaya ia penat. Tetapi jika ia berpaling darinya dan tidak sibuk kecuali pada apa yang berguna baginya, maka itu menjadi ketentraman dan ketenangan baginya.

“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna.“
(QS. Al-Mu’minun 1-3)
Yaitu orang yang berpaling dari setiap yang tidak bermanfaat baginya, dari perkataan yang hina seperti berkata dusta, senda gurau, dan mencela.[2]

Lalu, apa saja yang bisa kita lakukan agar aktivitas facebook kita menjadi lebih bermanfaat ? Baiklah, ada 5 tips sederhana yang bisa kita lakukan, yaitu :


1. Mengupdate status dan membuat signature dengan ayat Al-Qur’an dan Hadits

Al-Qur’an dan Sunnah adalah pedoman hidup umat islam. Alangkah baiknya jika status yang kita update dan signature yang kita buat berisi dua hal tersebut.

Rasulullah SAW bersabda :“Telah aku tinggalkan dua hal untuk kalian, yang kalian tidak akan pernah tersesat setelahnya selama kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitabullah dan sunnahku. Dan kalian tidak akan pernah berpisah sampai kalian menemui telagaku (di hari kiamat kelak).”
(Dikeluarkan oleh Imam Malik dan Hakim, dan beliau menshahihkannya)

Ketika kita memperbarui status atau menyisipkan signature saat mengomentari pesan dinding atau membalas pesan maka teman yang melihat profil kita pun akan membaca ayat Al-Qur’an atau Hadits yang kita cantumkan. Mungkin tanpa kita sadari, diantara teman-teman yang telah membaca status/signature kita, ada yang mendapat hidayah dari Allah SWT untuk mengamalkan apa yang telah mereka baca dalam kehidupan sehari-hari. Maka kita pun akan menjadi orang-orang yang mendapatkan keberuntungan dan kemuliaan atas apa yang telah kita lakukan.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi :“Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun…”
(HR. Muslim)


2. Membuat grup

Apabila kita ingin berdakwah dengan jumlah objek dakwah yang banyak, membuat grup adalah pilihan yang tepat. Hal ini disebabkan oleh fitur-fitur yang disediakan sangatlah mendukung. Grup seperti apa yang bisa kita buat? Sebagai contoh, kita berdomisili di Jakarta Timur maka kita bisa membuat grup Muslim Jakarta Timur. Di grup ini, kita bisa mengundang semua teman yang kita miliki, tidak terkecuali non muslim (karena ada kemungkinan mereka mendapatkan hidayah islam).

Lalu, kita bisa memanfaatkan fitur forum diskusi untuk membuat topik yang berjudul konsultasi syari’ah (bekerjasama dengan ustadz) sehingga para anggota grup dapat berkonsultasi dengan ustadz yang bersangkutan. Selanjutnya, sebagai seorang admin grup kita juga bisa mengirimkan pesan yang berisi artikel islami, link download e-book, audio, video, software islami gratis, dll (Referensi situs download content islam gratis disini) ke seluruh anggota grup.


3. Membuat note

Kita bisa memanfaatkan note sebagai media dakwah dengan cara menulis artikel lalu membagikannya kepada teman-teman kita. Namun, apabila kita belum memiliki kemampuan untuk menulis artikel islami sendiri, kita dapat menyalin artikel dari website para ustadz dengan mencantumkan link sumber artikel.


4. Memberi nasihat kepada teman yang sedang berulang tahun

Pada umumnya, kalimat yang paling sering diucapkan kepada teman yang sedang berulang tahun adalah “Happy birthday, happy bornday, wish u all the best, dsb”.

Sebagai seorang muslim hendaknya kita memberi nasihat yang lebih bermanfaat seperti :“Allah tidak akan menunda(kematian) seseorang apabila waktu kematiaanya telah datang. Dan Allah Mahateliti atas apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Munafiquun 11)

“Yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk menghadapi kematian, mereka itulah orang yang cerdas lagi berakhlak yang baik.”
(HR. Muslim)

Sehingga mereka akan sadar betapa umurnya semakin berkurang dan pentingnya mengevaluasi perbuatan yang telah dilakukan.


5. Memberikan undangan majelis ilmu

Rasulullah SAW bersabda,“Apabila kalian berjalan melewati taman-taman surga, perbanyaklah berdzikir.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman surga itu?” Beliau menjawab, “Yaitu halaqah-halaqah dzikir(majelis ilmu).”
(HR. Tirmidzi)

Subhanallah, betapa dahsyatnya majelis ilmu. Oleh karena itu, apabila kita memiliki informasi tentang majelis ilmu maka undanglah teman-teman kita untuk hadir di taman-taman surga tersebut dengan memanfaatkan fasilitas aplikasi acara di facebook.

Wahai saudaraku!

Jika kamu menjumpai kekurangan, maka tutuplah celahnya. Mahaagung Dzat yang tidak memiliki aib dan Mahatinggi.

Wallahu’alam bishshowab

Sumber:
1. www.checkfb.com
2. Tafsir Maraaghi (VI/268), DAR al- KOTOB al-ILMIYAH Beirut

Di Posting Ulang Dari :ibnujohar.wordpress.com

Monday, June 6, 2011

Mendidik Bukan Hanya Sekedar Menyekolahkan!

Penulis: Ummu Ayyub

Muroja’ah: Ustadz Subhan Khadafi, Lc.

Data sensus penduduk di negeri ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduknya beragama islam. Ini adalah sebuah realita yang seharusnya dengannya kita bisa melihat adanya sebuah generasi yang tangguh, tetapi ternyata tidak.

Mari kita lihat keadaan diri dan anak-anak kita. Kenyataannya masih sangat sedikit yang benar-benar serius memperhatikan pendidikan. Sebagian besar acuh dan tidak peduli…

Mungkin banyak yang merasa keberatan dengan pernyataan di atas dan menyanggah: “TIDAK! Saya memperhatikan pendidikan anak-anak saya! Saya akan melakukan segalanya demi pendidikan mereka. Seandainya harus menjual tanah, saya akan melakukannya untuk bisa menyekolahkan mereka sampai jadi sarjana! Biarpun saya cuma lulusan SMP, tapi saya ingin anak saya berpendidikan tinggi!”

Seperti inilah yang kebanyakan kita pahami tentang kewajiban mendidik anak, yaitu menyekolahkan anak sampai tinggi, atau bagaimana supaya anak menjadi cerdas, pintar, dan tidak gagap teknologi.

Untuk bisa menyekolahkan anak sampai sarjana, kita rela menjual tanah atau cari hutangan tapi untuk agama mereka kita tidak peduli.

Kita bisa geger ketika melihat nilai matematika anak kita dapat angka 3, lalu segera keliling cari tempat kursus yang bagus untuknya. Tapi kita tidak peduli (baca: tidak geger) ketika anak kita diajari pelajaran PPKN di sekolah; anak kita diajari bahwa agama di Indonesia ini ada lima dan semua agama itu sama. Semuanya mengajarkan kebaikan, jadi harus saling menghormati.

Padahal telah nyata kebenaran bahwa agama yang Allah subhanahu wa ta’ala ridhoi hanyalah islam. Kata “hanyalah” menunjukkan bahwa tidak ada yang lain. Hal ini termasuk hal yang besar bagi seorang muslim yang tidak layak untuk disepelekan karena ini menyangkut aqidah seseorang.

Kebanyakan dari kita, seandainya pun memperhatikan kelakuan anak, berkelakuan baik yang dimaksud tolok ukurnya adalah masyarakat. Jadi ketika melihat putri kesayangan jalan-jalan ke mall dengan pakaian ‘pas-pasan’ bersama teman laki-lakinya, ini -menurut pengertian di sini- masih termasuk dalam kriteria ‘berkelakuan baik dan tidak nakal’ karena masyarakat menganggap wajar bagi seorang ABG.

Atau ketika putra kesayangan membeli majalah untuk melihat horoscope (ramalan bintang), ini juga masih masuk dalam kriteria ‘berkelakuan baik dan tidak nakal’ karena masyarakat juga menganggap ini adalah hal yang lumrah. Padahal jika dilihat dari tolok ukur yang benar, keduanya bertentangan dengan syariat.

Wahai para pendidik!

Sikap mendidik yang seperti ini secara tidak langsung seperti kita mengatakan pada anak kita: “Wahai anakku! Kejarlah duniamu! Lupakan akhiratmu!”

Padahal tentang kehidupan dunia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seandainya dunia sebanding dengan satu sayap sayap lalat di sisi Allah, niscaya Dia tidak akan memberikan seteguk air pun bagi seorang kafir.”
(HR. At-Tirmidzi, dia berkata, “Hadits hasan shahih”)

Bahkan Allah membenci orang yang pandai dalam urusan dunia tapi bodoh dalam urusan akhirat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:“Sesungguhnya Allah membenci setiap orang yang pandai dalam urusan dunia namun bodoh dalam urusan akhiratnya.”
(Shahih Jami’ Ash Shaghir)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya:“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.”
(QS. Ar Rum:7)

Ayat di atas merupakan peringatan keras bagi orang yang hanya mementingkan urusan dunia sedangkan urusan akhiratnya dilupakan.

Adapun para ulama menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut,

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Umumnya manusia tidak memiliki ilmu melainkan ilmu duniawi. Memang mereka maju dalam bidang usaha, akan tetapi hati mereka tertutup, tidak bisa mempelajari ilmu dienul islam untuk kebahagiaan akhirat mereka.”
(Tafsir Ibnu Katsir 3/428)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata: “Pikiran mereka hanya terpusat kepada urusan dunia sehingga lupa urusan akhiratnya. Mereka tidak berharap masuk surga dan tidak takut neraka. Inilah tanda kehancuran mereka, bahkan dengan otaknya mereka bingung dan gila. Usaha mereka memang menakjubkan seperti membuat atom, listrik, angkutan darat, laut dan udara. Sungguh menakjubkan pikiran mereka, seolah-olah tidak ada manusia yang mampu menandinginya, sehingga orang lain menurut pandangan mereka adalah hina. Akan tetapi ingatlah! Mereka itu orang yang paling bodoh dalam urusan akhirat dan tidak tahu bahwa kepandaiannya akan merusak dirinya. Yang tahu kehancuran mereka adalah insan yang beriman dan berilmu. Mereka itu bingung karena menyesatkan dirinya sendiri. Itulah hukuman Allah bagi orang yang melalaikan urusan akhiratnya, akan dilalaikan oleh Allah ‘azza wa jalla dan tergolong orang fasik. Andaikan mereka mau berpikir bahwa semua itu adalah pemberian Allah ‘azza wa jalla dan kenikmatan itu disertai dengan iman, tentu hidup mereka bahagia. Akan tetapi lantaran dasarnya yang salah, mengingkari karunia Allah, tidaklah kemajuan urusan dunia mereka melainkan untuk merusak dirinya sendiri.”
(Taisir Karimir Rahman 4/75)

Dunia oh… dunia!
Membuat lalai para pengejarnya!

Perhatikanlah dalam hadis ini bagaimana Allah subhanahu wa ta’ala mengancam dengan kehinaan jika umat islam sibuk dalam urusan dunia dan lalai dari urusan akhirat!

Diriwayatkan oleh ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda yang artinya:“Apabila kalian berjual beli dengan sistem ‘inah (satu barang dengan dua harga-termasuk salah satu jenis riba) dan kalian sibuk dengan urusan peternakan serta urusan pertanian dan kalian meninggalkan jihad, niscaya Allah akan timpakan kerendahan kepada kalian yang tidak akan dicabut dari kalian sebelum kalian kembali kepada agama kalian.”
(Riwayat Abu Daud (3462) dan riwayat ini shahih)

Wahai pendidik!

Untuk mengangkat umat ini dari kehinaan Allah telah memberi solusi, yaitu dengan kembali pada dien yang lurus. Kondisi kaum muslimin saat ini masih jauh dari nilai-nilai islam. Kita bisa melihat saat adzan dzuhur dikumandangkan, masjid-masjid sepi dari para jamaah padahal pada waktu yang bersamaan pasar-pasar dan jalan-jalan ramai dipenuhi oleh kaum muslimin. Kita juga bisa melihat orang-orang yang berusaha untuk berpegang teguh pada sunnah dianggap aneh.

Seperti misalnya celana cingkrang (di atas mata kaki), jenggot, jilbab syar’i, tidak mau berjabat tangan dengan lawan jenis, menjauh dari ibadah-ibadah yang tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan masih banyak lagi. Ini adalah keadaan yang menyedihkan karena syariat islam dipandang asing oleh pemeluknya sendiri.

Mari kita belajar dari doa Nabi Ibrohim ‘alaihissalam. Ketika beliau berdoa tentang anak dan keturunannya, pandangannya jauh kedepan. Tidak sekedar pada kenikmatan-kenikmatan dunia. Tetapi yang beliau harapkan adalah agar Allah menjadikan mereka sebagai umat yang tunduk patuh pada-Nya, mengutus rasul pada mereka sehingga tidak tersesat dalam kegelapan, menjauhkan mereka dari dosa terbesar yang membinasakan (syirik).

Demikianlah wahai para pendidik!
Tujuan kita adalah tujuan yang mulia!
Mengajak generasi meniti jalan yang lurus untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tujuan kita bukan sekedar berapa nilai matematika anak kita, bagaimana kemampuan bahasa inggrisnya, dapat rangking berapa, bisa masuk universitas mana, bisa kerja dimana, bisa belikan kita mobil berapa, atau bisa jadi pejabat tidak.

Tidak sependek itu!

Tidak sekedar anak kita bisa menyelesaikan ujian akhir semester dengan sukses dan melupakan yang lain padahal ada ujian yang menanti yang jauh lebih besar ketika kita ditanya siapa Robbmu, apa agamamu, dan siapa nabimu.

Maka seharusnya kita segera mempersiapkan diri.
Mendidik diri-diri kita dan keluarga untuk kembali pada dien ini.

Menempuh jalan yang lurus meski jalan itu terasa asing karena sedikitnya pengikut.
Kembali pada al Quran dan as Sunnah dengan pemahaman salafush sholih.

Terangkatnya kemuliaan umat ini adalah dengan kembali pada dien yang lurus. Bukan dengan harta atau kekuasaan.

Seandainya mulia itu dengan kekuasaan, tentu Fira’un termasuk ke dalam orang-orang yang mulia.

Seandainya mulia itu dengan harta, tentu Qorun lebih mulia dari kita.

Kita jadi sadar bahwa ternyata memang masih sedikit yang benar-benar memperhatikan pendidikan generasi ini.

Duhai pendidik sejati! Kemana harus dicari?

Wallahu a’lam

Sumber : Muslimah.or.id