Sunday, August 28, 2011

Idul Fitri 2011 Jatuh Pada Hari Selasa atau Rabu?

Muhammadiyah telah jauh jauh hari menetapkan bahwa Idul Fitri 2011. Sementara itu Pemerintah dan NU masih menunggu sampai terselenggaranya sidang isbath yang sedianya dilaksanakan sore ini (Senin 29 Agustus 2011). Apa sih sebenarnya yang menyebabkan perbedaan dalam penetapan Idul Fitri 2011 ini?

Penetapan Idul Fitri 2011 versi Muhammadiyah

"Berdasarkan hasil hisab tersebut maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan tanggal 1 Syawal 1432 H jatuh pada hari Selasa 30 Agustus 2011 Masehi," kata Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam rilis yang diterima detikcom, Minggu (28/8/2011).

Haedar menjelaskan : ijtimak menjelang Syawal 1432 H terjadi pada hari Senin 29 Agustus 2011 Masehi pukul 10:05:16 WIB. Tinggi hilal pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta menandakan hilal sudah wujud dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat Matahari terbenam hilal sudah berada di atas ufuk.

Sementara beberapa ahli rukyat menyatakan bahwa meskipun saat matahari terbenam senin sore 29 Agustus nanti, bulan sudah berada di atas ufuk namun belum mencapai ketinggian sudut 2 derajat sehingga jika diamati dengan mata telanjang belum terlihat.

Sudut Minimal Ketinggian Bulan di atas Ufuk

Mata manusia baru bisa melihat hilal (bulan sabit) pada saat matahari terbenam, jika ketinggian bulan di atas ufuk telah mencapai minimal 2 derajat. Jika kurang dari 2 derajat bulan sabit belum bisa terlihat mata telanjang disebabkan 2 hal utama:

1. selisih sudut yang kecil antara posisi matahari dan posisi bulan terhadap pengamat di bumi menyebabkan garis sabit bulan terlalu tipis sehingga sulit teramati
2. selisih sudut yang kecil itu pula membuat sinar matahari yang menerpa pengamat di bumi terlalu kuat jika dibandingkan dengan penampakan garis sabit bulan yang diamati.

Perbedaan Hasil Pengamatan Antara Indonesia Ujung Timur dan Barat

Ujung Timur dan Ujung Barat Indonesia memiliki beda posisi bujur sebesar 44 derajat. Hal ini menyebabkan hasil pengamatan di ujung timur dan di ujung barat indonesia menjadi berbeda sudut ketinggian bulan. Selisihnya bisa dihitung sebesar 44/360 X 12,5 derajat (besar sudut keterlambatan bulan terhadap matahari dalam 24 jam) lihat artikel rukyat. hasilnya adalah 1,527 derajat.
Artinya jika diasumsikan pengamat di ujung timur melihat hilal dengan ketinggian 0,5 derajat maka pengamat di Indonesia bagian paling barat akan melihat hilal pada ketinggian 0,5+1,527 = 2,027 derajat. Sehingga meskipun Indonesia sebagian besar wilayah indonesia belum tanggal 1 syawal tetapi wilayah paling barat sudah 1 syawal.

Friday, August 26, 2011

PINTU DARI PINTU-PINTU SURGA

Bismillah

PINTU DARI PINTU-PINTU SURGA.Mendekati akhir Ramadhan dan Insya Allah kita akan menjumpai hari kemenangan pada 1 Syawal 1432 H dan semoga segala aktifitas kehidupan kita dan juga ibadah kita selama Ramadhan ini dicatat Allah sebagai amal kebaikan aamiin.Merupakan tradisi di Indonesia bahwa pada syawal nanti setelah selesai sholat 'Id kita saling bersilaturahmi.Baik itu silaturahmi kepada orang tua kita, saudara-saudara kita dan para tetangga kita.

Selagi kita masih diberikan nikmat Iman, sehat, dan berkumpul serta bersilaturahmi kepada ibu bapak kita, saudara kita, sahabat-sahabat kita, tetangga-tetangga kita maka marilah kita manfaatkan moment Hari Raya Idul Fithri 1 Syawal 1432 H nanti untuk bersilaturahmi sahabat, karena bersilaturahmi kepada ibu bapak, berbakti kepada ibu bapak kita termasuk dalam salah satu pintu dari pintu-pintu surga.Berkenaan dengan itu, maka silakan sahabat menyimaknya...semoga bermanfaat

Berbicara tentang berbakti kepada kedua orang tua, sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.Kebaikan apapun yang telah kita ucapkan dan yang telah kita lakukan untuk kedua orang tua kita, belumlah sebanding dengan hak mereka.


Siapa di antara kalian yang ingin menjadi lumpuh sepertiku? Aku telah tanyakan pertanyaan ini kepada banyak orang. Aku yakin, Anda tidak ingin menjadi lumpuh sepertiku ini. Kalau aku gatal, aku tidak bisa menggaruk sendiri. Aku tidak bisa menjamah makanan dan minuman di hadapanku. Aku seperti kursi, tapi kursi yang bernyawa.

Bahkan kursi mungkin lebih bermanfaat dariku. Kursi bisa diduduki untuk melepas lelah. Sedangkan aku justru membuat repot dan melelahkan orang lain. Kalau lapar dan haus, aku butuh orang untuk menyuapiku. Aku juga butuh orang untuk membersihkanku.

Pada suatu hari datanglah ke rumahku 25 anak remaja yang tidak memiliki ayah dan ibu. Mereka tinggal di satu asrama. Selesai menjengukku, mereka berpamitan untuk pulang dan keluar meninggalkan rumah. Namun ada satu anak yang masih berada di ujung pintu. Ia berbalik dan menghampiriku sambil menangis meneteskan air mata. Ia mencium tanganku dan mencium kepalaku sambil berkata, “Wahai Ustadz Abdullah, aku ingin menjadi lumpuh sepertimu.”

Aku menasehatinya agar jangan berkata sembarangan dan menjelaskan tidak enaknya menjadi orang yang lumpuh dan agar dia bersyukur dengan nikmat kesehatan yang Allah berikan. Aku penasaran dan ingin tahu apa masalah yang sedang dihadapinya sehingga ia ingin menjadi lumpuh. Aku yakin setiap manusia mempunyai problem dan masalah kehidupan yang berbeda-beda. Meskipun demikian aku pikir tidak ada seorangpun yang memilih untuk menjadi lumpuh.

Ketika aku tanyakan alasannya, anak itu menjawab, “Demi Allah, wahai Ustadz Abdullah, hendaklah Anda bersyukur kepada Allah. Sebab, meskipun Anda lumpuh tapi Anda masih memiliki ayah dan ibu. Sedangkan aku dan teman-temanku lainnya semuanya tidak memiliki ayah dan ibu. Kami tidak tahu siapa ayah kami? Kami tidak tahu siapa ibu kami, siapa paman dan bibi kami? Ketika hari raya tiba, hati kami diliputi kesedihan. Ketika manusia berkumpul dengan orang tua mereka, maka kami menangis di asrama.”

Apakah Anda bersyukur kepada Allah atas nikmat keberadaan orang tua di tengah-tengah Anda? Aku berpesan agar Anda berbakti kepada orang tuamu, karena ayah dan ibu merupakan pintu dari pintu-pintu surga. Aku mempunyai seorang teman yang bekerja sebagai petugas keamanan di panti jompo. Ia bercerita ada seseorang yang datang dengan membawa ibunya dan meninggalkannya di panti jompo karena sudah tidak sanggup untuk merawatnya.

Waktu aku dirawat di rumah sakit, ada seorang kakek dirawat terkena stroke dan lumpuh. Ia tidak bisa berjalan maupun berbicara. Keluarganya tidak ada yang menengoknya. Setahun kemudian, ia mulai bisa berjalan dan bisa berbicara. Pihak Rumah Sakit segera menelpon anaknya dan memintanya untuk menjemput ayahnya serta membawanya pulang karena keadaan ayahnya sudah membaik. Si anak mengatakan ia akan segera menjemput ayahnya. Sekian lama ditunggu oleh pihak rumah sakit ternyata belum juga dijemput meskipun sudah berkali-kali ditelpon.

Akhirnya pihak rumah sakit mengutus seseorang untuk membawa kakek tersebut ke rumah anaknya yang alamatnya sudah diketahui sebelumnya. Sesampainya di depan rumah anaknya, utusan rumah sakit mengetuk pintu rumah. Tidak lama anak kakek tersebut keluar dan melihat ayahnya datang. Namun apa yang dilakukannya? Ia menegur utusan rumah sakit, “Mengapa Anda datang membawa ayahku sekarang? Bukankah sudah kukatakan aku akan datang ke rumah sakit untuk menjemput ayahku?”

Ia segera masuk dan keluar membawa senapan untuk berburu, sambil mengarahkan moncong senapan ke kepala utusan rumah sakit dan berkata, “Bawalah lagi ayahku ke rumah sakit, atau kalau tidak peluru ini akan menembus kepalamu!”Akhirnya si kakek terjatuh kaget dan kembali menjadi lumpuh dan tidak bisa berbicara lagi. Setiap ia melihat orang lain ia menangis dan menangis. Sampai sekarang sepertinya ia masih ada di rumah sakit.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya,“Maukah aku beritahukan kepada kalian sebesarbesar dosa besar? Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, dan saksi palsu.”
Dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih Al Jamius Shaghir.

“Dua hal hukumannya disegerakan yaitu kezalimandan durhaka (kepada orang tua).”
(HR Hakim dan dimuat oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash Shahihah juz III hal 1940.)

Bagaimana seorang anak akan menemui Allah dalam keadaan durhaka kepada orang tuanya? Wahai saudara-saudaraku, aku berpesan kepada kalian agar berbakti kepada kedua orang tuamu. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah menegaskan, bahwa ridha Allah terdapat pada ridha orang tua, dan murka Allah terdapat pada murka orang tua.

(Dinukil dari buku “Saat Hidayah Menyapa” halaman 180-184, Oleh: Fariq Gasim Anuz, Penerbit: Daun Publishing)

Di Posting Ulang Dari : Fariq Gasim Anuz

Saturday, August 20, 2011

Award Pertama Di Penghujung Ramadhan


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Alhamdulillah kita telah menginjak hari ke 21 Ramadhan 1432 H.Tinggal sepertiga terakhir ini kita bisa menikmati 'hadiah' Allah dalam bulan penuh barokah ini dengan melipatgandakan segala amalan kita dibandingkan dengan beramal di bulan selain Ramadhan ini.Di akhir ramadhan ini juga mari kita siapkan diri dan berlomba-lomba untuk mendapatkan Malam Seribu Bulan yang Allah rahasiakan kapan turunnya.Untuk lebih mengetahui tentang Fadhilah dan Keutamaan Malam Seribu Bulan sahabat bisa membaca di postingan sahabat muhasabah di sini.

Dalam akhir ramadhan ini juga alhamdulillah Muhasabah mendapatkan award pertama dari sahabat Insan Robbani.Jujur saja admin tidak pernah menyangka akan mendapatkan award pertama ini di Bulan penuh Barokah ini.Award ini diberikan dalam rangka salah satu bentuk persahabatan dan sekaligus menjaga ukhuwah Islamiyah.Award ini diberi nama oleh pemiliknya dengan sebutan Islami Best Blogger Award.


Terima kasih kepada sahabat Insan Robbani yang telah memilih Muhasabah di antara sekian sahabat-sahabat lainnya.Merupakan suatu kehormatan bagi admin untuk bisa menerima Award ini dan semoga tali silaturahmi serta ukhuwah Islami senatiasa terjalin dan terjaga aamiin...aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh




Wednesday, August 17, 2011

Penantian

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…

Entah angin apa yang membuai hari ini, membuatku begitu berani mencoretkan sesuatu untuk dirimu yang tidak pernah aku kenali. Aku sebenarnya tidak pernah berniat untuk memperkenalkan diriku kepada siapapun. Apalagi mencurahkan sesuatu yang hanya aku khususkan buatmu sebelum tiba masanya.

Kehadiran seorang lelaki yang menuntut sesuatu yang kujaga rapi selama ini semata-mata buatmu, itulah hati dan cintaku, membuatku tersadar dari lenaku yang panjang.

Ibu telah mendidikku semenjak kecil agar menjaga maruah dan mahkota diriku karena Allah telah menetapkannya untukmu suatu hari nanti. Kata ibu, tanggungjawab ibu bapak terhadap anak perempuan ialah menjaga dan mendidiknya sehingga seorang lelaki mengambil-alih tanggungjawab itu dari mereka. Jadi, kau telah wujud dalam diriku sejak dulu. Sepanjang umurku ini, aku menutup pintu hatiku dari lelaki manapun karena aku tidak mau membelakangimu.

Aku menghalang diriku dari mengenali lelaki manapun karena aku tidak mau mengenal lelaki lain selainmu, apa lagi memahami mereka. Karena itulah aku sekuat ‘kodrat yang lemah ini’ membatasi pergaulanku dengan bukan mahramku. Aku lebih suka berada di rumah karena rumah itu tempat yang terbaik buat sorang perempuan. Aku sering merasa tidak selamat dari diperhatikan lelaki. Bukanlah aku bersangka buruk terhadap kaummu, tetapi lebih baik aku berwaspada karena contoh banyak di depan mata.

Aku palingkan wajahku dari lelaki yang asyik memperhatikan diriku atau coba merayuku. Aku sedaya mungkin melarikan pandanganku dari lelaki ajnabi (asing) karena Aisyah Rodhiyallohu anha pernah berpesan, “Sebaik-baik wanita ialah yang tidak memandang dan tidak dipandang oleh lelaki.” Aku tidak ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya cantik di matamu. Apalah gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya bisa menjadi milikmu seorang. Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan sebegitu seolah-olah aku ini barang yang bisa dimiliki sesuka hati.

Aku juga tidak mau menjadi penyebab kejatuhan seorang lelaki yang dikecewakan lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat aku berikan. Bagaimana akan kujawab di hadapan ALLAH kelak andai ditanya? Adakah itu sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi? Kalau aku tidak ingin kau memandang perempuan lain, aku dululah yang perlu menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki dan menghias pribadiku karena itulah yang dituntut oleh Allah. Kalau aku ingin lelaki yang baik menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah Allah telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik?

Tidak kunafikan sebagai remaja, aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan disayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena ia semata-mata untukmu. Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati yang menjadi labuhan lelaki lain. Engkau berhak mendapat kasih yang tulen.

Diriku yang memang lemah ini telah diuji oleh Allah saat seorang lelaki ingin berkenalan denganku. Aku dengan tegas menolak, berbagai macam dalil aku kemukakan, tetapi dia tetap tidak berputus asa. Aku merasa seolah-olah kehidupanku yang tenang ini telah dirampas dariku. Aku bertanya-tanya adakah aku berada di tebing kebinasaan ? Aku beristigfar memohon ampunan-Nya. Aku juga berdoa agar Pemilik Segala Rasa Cinta melindungi diriku dari kejahatan.

Kehadirannya membuatku banyak memikirkan tentang dirimu. Kau kurasakan seolah-olah wujud bersamaku. Di mana saja aku berada, akal sadarku membuat perhitungan denganmu. Aku tahu lelaki yang menggodaku itu bukan dirimu. Malah aku yakin pada gerak hatiku yang mengatakan lelaki itu bukan teman hidupku kelak.

Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana.

Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita solehah yang lain, dilamar lelaki yang bakal dinobatkan sebagai ahli syurga, memimpinku ke arah tujuan yang satu.

Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, yang mampu mendebarkan hati juataan gadis untuk membuat aku terpikat.

Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah. Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan dimubazirkan perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk begitu. Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.

Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari ridha Illahi. Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu. Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu. Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku.

Aku pasti berendam airmata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku. Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga….

wassalam.....

Sumber : abna-aulad.blogspot.com

Sunday, August 14, 2011

SEBARKAN KEBAIKAN MENGIKUTI KEMAMPUAN

HENDAKLAH BERBELANJA AKAN KEKAYAANNYA BAGI MEREKA YANG TELAH SAMPAI KEPADA ALLAH S.W.T DAN MENURUT KADAR KEMAMPUANNYA BAGI YANG SEDANG BERJALAN KEPADA ALLAH S.W.T.

Hikmah 38 di atas memberikan tes kepada hati seberapa kekuatannya beriman, berserah diri dan yakin dengan janji Allah Ia juga menjadi pengukur tingkat mana seseorang yang berjalan di jalan spiritual itu berada. Hikmat pada menjurus khusus kepada harta kekayaan. Harta merupakan sesuatu yang sangat diperlukan oleh manusia. Manusia membutuhkan harta untuk menanggung kebutuhan hidupnya, bahkan ibadat-ibadat seperti haji dan zakat perlu dilakukan dengan menggunakan harta. Sedekah juga membutuhkan harta. Membuat kebajikan seperti mendirikan masjid, rumah sakit, sekolah dan lain-lain juga membutuhkan harta. Oleh karena besarnya peranan harta kepada kehidupan manusia, maka kebanyakan dari aktivitas manusia berkisar pada soal harta atau ekonomi. Pendidikan dan keterampilan disalurkan ke arah ekonomi. Keberhasilan atau kegagalan dinilai melalui faktor ekonomi. Perhatian manusia selalu tertuju kepada soal ekonomi atau harta dalam membuat sesuatu keputusan.

 Bila harta sudah bertapak dalam jiwa seseorang manusia akan menjual maruah dirinya karena harta. Orang miskin sanggup diperkudakan oleh orang kaya karena harta. Orang kaya sanggup melakukan korupsi dan penganiayaan karena harta. Harta menjadi raja menguasai jiwa raga manusia. Segala sesuatu dinilai dengan harta. Persahabatan harus dibeli dengan harta. Kesetiaan juga harus dibayar dengan harta.

Hikmat pada menarik perhatian orang yang sedang berjalan di jalan spiritual agar memperhatikan hatinya, bagaimana hubungan hatinya dengan harta. Ia menyatakan bahwa orang yang telah sampai kepada Allah dan memperoleh makrifat-Nya tidak seharusnya menyimpan harta, harus dia membelanjakan ke jalan Allah dan yakin dengan janji Allah tentang rezekinya. Orang yang masih dalam perjalanan pula harus membelanjakan ke jalan Allah menurut kesanggupannya. Sejarah banyak menceritakan tentang sikap hamba-hamba pilihan Allah terhadap harta.

 Abu Bakar as-Siddik ra menyumbangkan seluruh hartanya untuk jihad fi-sabilillah, tidak ada satu dirham pun disimpannya. Kapan Rasulullah menanyakan kepadanya mengapa tidak ditinggalkan sedikit buat mengelola kebutuhannya, ia ra menjawab, "Cukuplah Allah dan Rasulullah bagiku".

 Abdurrahman bin Auf yang terkenal dengan kekayaannya, mencari harta bukan untuk kepentingan dirinya tetapi untuk penggunaan menyebarkan agama Allah Salman al-Farisi ketika menjabat amir, tidak mengambil gajinya, sebaliknya beliau menganyam daun kurma untuk dijadikan bakul dan tikar. Hasil anyamannya dijualnya dan apa yang diperolehnya dibagi menjadi tiga bagian. Satu bagian sebagai modal kerja, satu bagian buat belanja anggota rumahnya dan satu bagian lagi disedekahkan kepada kaum miskin.

 Imam as-Syafi'i ra sekembalinya ke Makkah dari Yaman telah dihadiahkan puluhan ribu uang emas. Sebelum memasuki kota Makkah beliau telah mendirikan sebuah tenda di luar kota. Dikumpulkan kaum fakir dan miskin dan disedekahkan semua uang yang diterimanya sebagai hadiah itu. Setelah semua uang itu habis disedekahkan barulah beliau masuk ke kota Makkah.

Rabiatul Adawiah hanya menyimpan sehelai tikar yang usang sebagai sajadah dan sebuah kendi buat mengisi air untuk wuduknya. Beliau tidak menyimpan makanan untuk petangnya. Banyak lagi kisah aulia Allah yang menggambarkan bahwa tidak sebesar zarah pun hati mereka terikat dengan harta. Mereka melihat pengidupan dunia ini hanyalah persinggahan sebentar, tidak perlu mengambil pasokan.

Untuk orang yang masih dalam perjuangan dan belum lagi sampai kepada Allah, mereka tidak sanggup berbuat sebagaimana yang dilakukan oleh aulia Allah Meskipun begitu jika dibiarkan harta melekat pada hati akan membahayakan hati itu sendiri. Oleh itu biasakanlah berpisah dari harta yang disayangi agar rohani akan menjadi lebih kuat dalam perjalanan menuju Allah Allah s.w.t berfirman:
Harus orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya; dan siapa yang disempitkan rezekinya,maka hendaklah ia memberi nafkah dari apa yang diberikan Allah kepadanya (sekadar yang mampu); Allahtidak membebani seseorang melainkan (sekedar kemampuan) yang diberikan Allah kepadanya. (Orang-orangyang dalam kesempitan harus ingat bahwa) Allah akan memberikan kesenangan sesudah berlakunyakesusahan. (Ayat 7: Surah at-Talaaq)

Oleh karena bidang ekonomi merupakan salah satu fardu kifayah yang harus dikelola demi kesejahteraan dan kekuatan kaum muslimin, maka Allah memilih dari kalangan kaum muslimin orang-orang tertentu yang disederhanakan untuk mereka mengembangkan ekonomi mereka. Allah bukakan untuk mereka pintu-pintu rezeki. Allah kurniakan kepada mereka rezeki yang melimpah-ruah. Mereka seolah-olah berada dalam kondisi menadah bekas dan rezeki dicurahkan ke dalam bekas mereka.
Orang yang menyadari harta kekayaannya adalah karunia Allah, maka harta kekayaan itu menjadi tes baginya. Orang yang tidak menyadarinya pula, maka harta kekayaan itu menjadi alat istidraj yang akan menghempapnya kelak. Baik tes maupun istidraj, orang yang memikul harta sebenarnya memikul beban yang sangat berat. Golongan yang mengalami hisab yang paling halus di akhirat adalah mereka yang di dunia memikul harta.
Meskipun memikul harta merupakan beban yang berat tetapi sebagian kaum muslimin harus mengambil tugas tersebut sebagaimana sebagian kaum muslimin yang mengambil bidang jihad fi-sabilillah dan mati syahid di medan perang. Dari kalangan nabi-nabi juga ada yang memikul tugas yang berhubungan dengan harta, misalnya Nabi Yusuf as, Sulaiman dan Nabi Daud Al-Quran menceritakan tentang Nabi Yusuf a.s:
Dia (Yusuf) berkata: "Jadikanlah aku pengurus perbendaharaan hasil bumi (Mesir); karena sesungguhnya akusiap menjaganya dengan sebaik-baiknya, lagi mengetahui cara mentadbirkannya". (Ayat 55: Surah Yusuf)


Nabi Yusuf as mengetahui sifat dirinya dan kemampuan yang ada dengannya. Beliau as telah menjalani kehidupan yang membuat harta tidak sedikit pun menguasai hatinya. Beliau as juga mengetahui kemampuan mengelola harta yang Allah karuniakan kepadanya. Demi kebaikan orang banyak Nabi Yusuf as menawarkan dirinya kepada raja untuk menjabat manajer harta kekayaan pemerintah Mesir. Raja setuju dengan permintaan Nabi Yusuf as itu dan beliau as membuktikan kewibawaan dan kebijaksanaan beliau as dalam bidang tersebut.

Sulaiman juga mengelola kekayaan dan kekuasaan. Beliau a.s memiliki sifat-sifat yang terpuji. Allah memanggil hamba-Nya, Sulaiman as, sebagai sebaik-baik hamba. Nabi Yusuf as dan Sulaiman mengelola kekayaan dan kekuasaan atas dasar kehambaan kepada Allah :
Dan Kami telah kurniakan kepada Nabi Daud (seorang anak bernama) Sulaiman; ia adalah sebaik-baik hamba (yang kuat beribadah), lagi senantiasa rujuk kembali (bertaubat). (Ayat 30: Surah Saad)


Sulaiman bermohon kepada Allah agar dikaruniakan kepada beliau as pemerintahan yang besar. Kedua mereka, Nabi Yusuf as dan Sulaiman, meminta untuk mengelola bidang tersebut. Ternyata bahwa orang yang bisa mengelola dengan adil bidang tersebut adalah orang yang benar-benar mengenal dirinya, memiliki keyakinan yang teguh, hati yang bulat dan sifat kehambaan yang sebenar-benarnya kepada Allah s.w.t.

Dia (Sulaiman) berkata: "Ya Tuhanku! Ampunkanlah kesilapanku, dan karuniakanlah kepadaku sebuah kerajaan (yang tidak ada taranya dan) yang tidak akan ada pada siapapun kemudian dari padaku; sesungguhnya Engkaulah yang selalu Melimpahkan Karunia-Nya ". (Ayat 35: Surah Saad)
Siapa yang ditakdirkan mengelola bidang kekayaan dan kekuasaan harus menjalankan amanah Allah itu atas dasar kehambaan kepada-Nya dengan sebaik mungkin.
Rate translation

Friday, August 12, 2011

Rokok Memperlemah Ekonomi Masyarakat

Aep, seorang buruh pemanggul batu bata duduk terengah bersandar pada tumpukan batu bata yang tengah disusunnya. Dua jari kirinya mengapit batang rokok mengepul yang sesekali dikenyotnya kuat kuat. Saya mendekatinya dan bertanya, "Sehari berapa bungkus, Pak?" Dia menjawab,"Ah cuma sebungkus, Den" "Emangnya berapa harga rokok sebungkus?" "Tujuh ribu maratus!" Saya bertanya lagi,"Ari ngangkut bata sehari dapet berapa?" Aep menjawab, "Sapuluh rebu!"

Wednesday, August 10, 2011

PANDANGAN HATI DAN AKAL

BERBEDA ANTARA ORANG YANG MENGAMBIL DALIL DENGAN ALLAH S.W.T DENGAN ORANG YANG MENGAMBIL DALIL ATAS-NYA. ORANG YANG MENGAMBIL DALIL DENGAN ALLAH S.W.T ITULAH YANG MENGENAL HAQ DAN MELETAKKANNYA PADA TEMPATNYA DAN MENETAPKAN TERJADINYA SESUATU DARI ASAL MULANYA. MENGAMBIL DALIL ATAS ALLAH S.W.T ADALAH KARENA TIDAK SAMPAI KEPADA-NYA. MAKA BILAKAH ALLAH S.W.T ITU GHAIB SEHINGGA MEMERLUKAN DALIL UNTUK MENYATAKAN-NYA DAN BILAKAN ALLAH S.W.T ITU JAUH SEHINGGA MEMERLUKAN ALAM UNTUK SAMPAI KEPADA-NYA.
 
Nur Ilahi yang menyinari hati memperlihatkan Allah s.w.t terlebih dahulu sebelum yang selain-Nya kelihatan. Akal pula melihat anasir alam dan kejadian-kejadian yang berlaku terlebih dahulu sebelum sampai kepada Tuhan yang mengatur segala urusan. Orang-orang hati  (Alim) melihat Wujud Allah s.w.t mewujudkan alam dan apa yang berlaku di dalamnya dan orang-orang akal  pula melihat wujud alam menjadi dalil kepada Wujud Allah s.w.t.

Orang yang sudah sampai kepada Allah s.w.t (Ilmunya), melihat bahwa Wujud Allah s.w.t adalah Wujud Hakiki dan Wujud Allah s.w.t menerangi wujud makhluk sehingga makhluk menjadi nyata. Orang yang pada peringkat mencari untuk melihat Allah s.w.t itu ghaib dan jauh, dan jalan untuk mengenal Allah s.w.t adalah dengan cara mengenal ciptaan-Nya. Wujud makhluk menjadi bukti kepadanya tentang Wujud Allah s.w.t, karena makhluk tidak terjadi dengan sendirinya.
 
Pemahaman Hikmah 8 telah mengupas golongan mencari dan golongan yang dicari. Orang yang mencari menempuh jalan yang teramat rumit sebelum bertemu dengan yang dicarinya. Contoh terbaik orang yang mencari adalah Salman al-Farisi yang mendapat julukan Pencari Kebenaran. Beliau r.a berasal dari Isfahan. Bapaknya seorang kenamaan yang kaya-raya dan  taat berpegang kuat pada agama Majusi. Salman bertugas menjaga api dan bertanggungjawab mempastikan api itu tidak padam. Suatu hari beliau lalu berkunjung ke gereja Nasrani. 

Beliau tertarik melihat cara orang Nasrani bersembahyang. Setelah bertukar-tukar fikiran dengan mereka dan mempelajari tentang agama Nasrani beliau berpendapat agama Nasrani lebih benar daripada agama Majusi, lalu beliau memeluk agama Nasrani Beliau kemudian pergi ke Syria untuk mendalami pengajian tentang agama Nasrani. Beliau tinggal dengan seorang pendeta dan beliau menjadi pelayan kepada pendeta tersebut sambil beliau belajar Setelah pendeta itu meninggal dunia Salman pergi ke Mosul, untuk memenuhi kehendak wasiat pendeta tersebut. Di sana beliau tinggal dan berkhidmat kepada seorang pendeta juga. Apabila hampir ajalnya pendeta kedua ini mewasiatkan kepada Salman supaya pergi ke Nasibin dan berkhidmat kepada seorang sholeh yang tinggal di sana.  Salman kemudian berpindah ke Nasibin. Pendeta di Nasibin kemudian mewasiatkan kepada Salman agar beliau pergi ke Amuria dan berkhidmat kepada seorang sholeh di sana. 

Salman berpindah pula ke Amuria. Ketika pendeta di Amuria itu hampir menemui ajalnya beliau memberi amanat kepada Salman bahwa sudah hampir masanya kebangkitan seorang nabi yang mengikuti agama Nabi Ibrahim a.s secara murni. Nabi yang baru muncul itu nanti akan berhijrah ke satu tempat yang banyak ditumbuhi pohon kurma dan terletak di antara dua bidang tanah berbatu-batu hitam. Tanda-tanda yang jelas tentang kenabiannya ialah dia tidak mahu makan sedekah tetapi menerima hadiah. Di bahunya ada cap kenabian yang bila dilihatnya segera dikenali akan kenabiannya. Setelah pendeta yang memberi amanat itu meninggal dunia berangkatlah Salman mengikuti rombongan Arab dengan menyerahkan kepada mereka lembu-lembu dan kambing-kambingnya. Sampai di Wadi Qura, Salman dianiayai dan dijual kepada orang Yahudi. Kemudian, Salman dijual kepada orang Yahudi yang lain. Tuannya yang baru itu membawanya ke Yasrib. Setelah Salman melihat negeri itu yakinlah dia bahwa itulah negeri yang diceritakan oleh pendeta yang menjaganya dahulu. Apabila Rasulullah s.a.w berhijrah ke Yasrib, Salman datang menemui baginda s.a.w di Quba dan memberikan makanan sebagai sedekah kepada baginda s.a.w dan sahabat baginda s.a.w. Rasulullah s.a.w menyuruh mereka makan tetapi baginda s.a.w tidak menjamah makanan tersebut. 

Keesokan harinya Salman datang lagi membawa makanan sebagai hadiah. Rasulullah s.a.w makan bersama-sama sahabat baginda s.a.w. Semasa Rasulullah s.a.w berada di Baqi’, Salman pergi lagi menemui baginda s.a.w. Rasulullah s.a.w ketika itu memakai dua helai kain lebar, satu sebagai sarung dan satu lagi sebagai baju. Salman menjenguk dan mengintai untuk melihat belakang baginda s.a.w. Rasulullah s.a.w mengerti akan maksud Salman lalu baginda s.a.w menyingkap kain burdah dari leher baginda s.a.w hingga kelihatanlah cap kenabian yang dicari oleh Salman. Melihatnya Salman terus menangis dan menciumnya. Akhirnya beliau temui kebenaran yang beliau telah cari di berbagai tempat.
 
Kisah Salman memberi gambaran betapa sukarnya jalan yang ditempuhi oleh orang yang mencari Allah s.w.t. Di samping mengharungi kehidupan yang sukar mereka juga menuntut ilmu, berguru ke sana ke mari, mencari dalil-dalil dan pembuktian bagi menambah pengetahuan tentang Tuhan. Mereka melihat alam dan kejadian di dalam alam sebagai bukti yang menunjukkan Wujud Allah s.w.t, dan mereka mengkaji alam untuk memahami tentang ke-Esaan Allah s.w.t. Setelah mereka sampai kepada Allah s.w.t mereka melepaskan dalil-dalil lalu berpegang kepada makrifat yang diperolehnya.
 
Golongan yang dicari menempuh jalan yang berbeda. Contoh orang yang dicari adalah Sayidina Umar al-Khattab r.a. Pada awal perkembangan Islam di Makkah umat Islam menghadapi tentangan yang hebat dari pemimpin Quraisy.  Rasulullah s.a.w telah berdoa agar Islam diperkuatkan dengan salah satu Umar, yaitu Umar bin Hisyam (Abu Jahal) atau Umar al-Khattab. Umar al-Khattab ketika itu sangat keras menentang dan menyiksa golongan Islam, terutama yang lemah. Rasa bencinya terhadap agama baru yang merombak adat dan kepercayaan datuk neneknya itu meluap-luap di hatinya. Apabila rasa kebencian itu memuncak beliau mengambil keputusan mau membunuh Rasulullah s.a.w. Umar mencabut pedangnya sambil menuju ke tempat di mana Rasulullah s.a.w berada. 

Di tengah jalan Umar diberitahu bahwa adiknya sendiri pun telah  memeluk Islam. Dia memikirkan bahwa lebih baik jika dia mengurus masalah  internalnya dahulu sebelum membunuh Rasulullah s.a.w. Mendengar berita itu dia pun menuju rumah adiknya. Keadaannya seperti singa bengis kala itu. Ditendangnya pintu rumah adiknya. Pada ketika itu adiknya sedang memegang lembaran yang ditulis dengan ayat al-Quran. Umar memukul adiknya dan merampas lembaran tersebut. Umar adalah seorang cendekiawan yang  dapat membaca, pada masanya dan arif tentang sastra puisi. Setelah Umar membaca wahyu Allah s.w.t, tubuhnya bergetar hebat dan keluarlah ucapan dari mulutnya,” Ini bukan syair yang ditulis oleh penyair yang handal. Ini bukan karya manusia. Tidak ada yang dapat menciptakannya kecuali Tuhan sendiri”. Lalu Umar al-Khattab pergi menghadap Rasulullah s.a.w dan menyatakan keislamannya.
 
Umar al-Khattab membaca ayat al-Quran, Kalam Allah s.w.t dan serta-merta dia melihat kebenarannya. Umar tidak memerlukan kepada alam dan makhluk sekaliannya sebagai dalil dan bukti. Kebenaran itu sendiri menjadi dalil baginya. Kalam Allah s.w.t sendiri yang menyampaikan Umar kepada-Nya. Allah s.w.t yang menerangi hati Umar dengan makrifat-Nya. Makrifatullah yang menerangi makrifat alam sehingga alam itu dikenali melalui sumber  yaitu Allah s.w.t sendiri. Orang yang mencari menyusur dari ranting ke dahan, turun ke batang lalu pergi kepada umbi sebelum menemui benih yang melahirkan pokoknya. Orang yang telah dibawa kepada Tuhan melihat dari asal mulanya, melihat benih yang darinya muncul pokok yang cukup lengkap.
 
Perbedaan arah pemandangan dan pemikiran menyebabkan terjadi perbedaan daya nilai dan daya rasa. Orang akal lebih cenderung kepada kepemahaman falsafah yang berdiri di atas kemanusiaan sejagat yaitu fitrah manusia. Keberkesanan hukum sebab-akibat membentuk formula-formula yang seterusnya melahirkan hukum logika yang dipegang oleh akal. Sukar bagi akal untuk melihat bahwa Allah s.w.t yang meletakkan dan menetapkan keberkesanan hukum sebab-akibat itu. Orang akal memerlukan masa untuk berpikir dan menimbang sehingga mereka melihat dan mengakui  kesempurnaan hukum yang mereka pegang itu. Setelah sampai kepada pengakuan yang demikian barulah mereka beralih memerhatikan apa yang datang dari Tuhan.
 
Orang hati pula terus menyaksikan ketuhanan pada apa yang disaksikan. Mereka melihat perjalanan sebab dan akibat sebagai tadbir Allah s.w.t. Mereka juga mengambil sebab dalam melakukan sesuatu tetapi ketika mengambil sebab itu hati memandang kepada Allah s.w.t, meletakkan semua kepada-Nya yang mentadbir sebab musabab itu, bukan bersandar kepada sebab semata-mata atau alasan lain. Jika sebab gagal menghasilkan akibat menurut hukum logika, orang hati melihat kekuasaan Allah s.w.t mengatasi segala sebab. Orang akal yang berhadapan dengan keadaan yang demikian sering diganggu oleh kekeliruan dan mereka mencari formula baru untuk mengembangkan logika.
 
Walaupun terdapat perbedaan cara memandang tetapi tidak seharusnya berselisihan di antara dua golongan tersebut. Satu golongan harus menghormati daya nilai dan daya rasa golongan yang satu lagi. Walau bagaimana pun orang akal harus sadar bahwa mereka sedang bergerak ke arah daerah orang hati karena iman, ikhlas, berserah diri, takwa dan lain-lain . Nilai baik dalam agama adalah nilai hati yang mengeluarkan niat dan berserah diri.

Yesus : Manusia Salih Yang Difitnah Sebagai Tuhan

Yesus lahir dari Rahim Maria yang Masih Perawan Suci tanpa pernah tersentuh seorangpun lelaki. Keajaiban Mukjizat Allah dalam proses kelahiran Yesus dijadikan salah satu sandaran keyakinan bahwa Yesus itu Tuhan. Namun tetap saja keyakinan semacam ini menjadi teramat lemah karena ketika direnungkan lebih dalam tidak memiliki konsistensi logika yang jelas. Padahal konsistensi logika merupakan syarat pokok yang menentukan apakah sebuah keyakinan itu benar ataukah salah sama sekali.

Akhir sejarah Yesus merupakan kekalahan politis sebuah gerakan penyebaran ajaran Tuhan. Hanya sempat mengajarkan agama selama 3 tahun, Yesus bersama 12 orang muridnya harus menghadapi tekanan berat dari konspirasi Yahudi dan Romawi.


Saturday, August 6, 2011

Akhir Kehidupan yang Menghinakan Nabi Palsu Mirza Ghulam Ahmad

Al Ustadz Qomar ZA

Ajaran Ahmadiyah banyak mendapat penentangan dari para ulama di India. Di antara ulama yang terdepan menentangnya adalah Asy-Syaikh Tsana’ullah Al-Amru Tasri. Karena geram, Ghulam Ahmad akhirnya mengeluarkan pernyataan pada tanggal 15 April 1907 yang ditujukan kepada Asy-Syaikh Tsana’ullah. Di antara bunyinya:


“…Engkau selalu menyebutku di majalahmu (‘Ahlu Hadits’) ini sebagai orang terlaknat, pendusta, pembohong, perusak… Maka aku banyak tersakiti olehmu… Maka aku berdoa, jika aku memang pendusta dan pembohong sebagaimana engkau sebutkan tentang aku di majalahmu, maka aku akan binasa di masa hidupmu. Karena aku tahu bahwa umur pendusta dan perusak itu tidak akan panjang… Tapi bila aku bukan pendusta dan pembohong bahkan aku mendapat kemuliaan dalam bentuk bercakap dengan Allah, serta aku adalah Al-Masih yang dijanjikan maka aku berdoa agar kamu tidak selamat dari akibat orang-orang pendusta sesuai dengan sunnatullah.

Aku umumkan bahwa jika engkau tidak mati semasa aku hidup dengan hukuman Allah yang tidak terjadi kecuali benar-benar dari Allah seperti mati dengan sakit tha’un, atau kolera berarti AKU BUKAN RASUL DARI ALLAH…

Aku berdoa kepada Allah, wahai penolongku Yang Maha Melihat, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Berilmu, Yang mengetahui rahasia qalbu, bila aku ini adalah pendusta dan perusak dalam pandangan-Mu dan aku berdusta atas diri-Mu malam dan siang hari, ya Allah, maka matikan aku di masa hidup Ustadz Tsana`ullah. Bahagiakan jamaahnya dengan kematianku –Amin–.

Wahai Allah, jika aku benar dan Tsana`ullah di atas kesalahan serta berdusta dalam tuduhannya terhadapku, maka matikan dia di masa hidupku dengan penyakit-penyakit yang membinasakan seperti tha’un dan kolera atau penyakit-penyakit selainnya….

Akhirnya, aku berharap dari Ustadz Tsana`ullah untuk menyebarkan pernyataan ini di majalahnya. Kemudian berilah catatan kaki sekehendaknya. Keputusannya sekarang di tangan Allah.

Penulis, hamba Allah Ash-Shamad, Ghulam Ahmad, Al-Masih Al-Mau’ud. Semoga Allah memberinya afiat dan bantuan. (Tabligh Risalat juz 10 hal. 120)

Apa yang terjadi? Setelah berlalu 13 bulan 10 hari dari waktu itu, justru Ghulam Ahmad yang diserang ajal. Doanya menimpa dirinya sendiri.

Putranya Basyir Ahmad menceritakan: Ibuku mengabarkan kepadaku bahwa Hadrat (Ghulam Ahmad) butuh ke WC langsung setelah makan, lalu tidur sejenak. Setelah itu butuh ke WC lagi. Maka dia pergi ke sana 2 atau 3 kali tanpa memberitahu aku. Kemudian dia bangunkan aku, maka aku melihatnya lemah sekali dan tidak mampu untuk pergi ke ranjangnya. Oleh karenanya, dia duduk di tempat tidurku. Mulailah aku mengusapnya dan memijatnya. Tak lama kemudian, ia butuh ke WC lagi. Tetapi sekarang ia tidak dapat pergi ke WC, karena itu dia buang hajat di sisi tempat tidur dan ia berbaring sejenak setelah buang hajat. Kelemahan sudah mencapai puncaknya, tapi masih saja hendak buang air besar. Diapun buang hajatnya, lalu dia muntah. Setelah muntah, dia terlentang di atas punggungnya, dan kepalanya menimpa kayu dipan, maka berubahlah keadaannya.” (Siratul Mahdi hal. 109 karya Basyir Ahmad)

Mertuanya juga menerangkan: “Malam ketika sakitnya Hadhrat (Ghulam Ahmad), aku tidur di kamarku. Ketika sakitnya semakin parah, mereka membangunkan aku dan aku melihat rasa sakit yang dia derita. Dia katakan kepadaku, ‘Aku terkena kolera.’ Kemudian tidak bicara lagi setelah itu dengan kata yang jelas, sampai mati pada hari berikutnya setelah jam 10 pagi.” (Hayat Nashir Rahim Ghulam Al-Qadiyani hal. 14)

Pada akhirnya dia mati tanggal 26 Mei 1908.

Sementara Asy-Syaikh Tsana`ullah tetap hidup setelah kematiannya selama hampir 40 tahun. Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’ala singkap tabir kepalsuannya dengan akhir kehidupan yang menghinakan, sebagaimana dia sendiri memohonkannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kini siapa yang sadar dan bertobat setelah tersingkap kedustaannya?

Untuk yang ingin lebih mengetahui siapa itu Nabi Palsu Mirza Ghulam Ahmad bisa di baca di Muhasabah Yang Berjudul : Siapakah Mirza Ghulam Ahmad

Wallahu a’lam bish-shawab.

Judul Asli: Akhir Kehidupan yang Menghinakan
Sumber: www.asysyariah.com

Tuesday, August 2, 2011

Puasa Membuat Tubuh Menjadi Sehat

Rasa lapar merupakan mekanisme alamiah tubuh manusia yang timbul karena lambung berada dalam kondisi kosong.

Monday, August 1, 2011

Ramadhan Bukan Bulan Latihan Tapi Bulan Ujian

Banyak ustadz mengatakan bahwa Ramadhan adalah bulan latihan. Kalau benar begitu lantas kapan ujiannya? masak 11 bulan lainnya menjadi saat ujian? mana ada latihan cuma sebulan, ujiannya hampir setahun? Yang benar adalah bahwa Ramadhan adalah bulan ujian dimana tingkat keimanan seorang muslim diberi nilai di bulan ini. 


Siapa yang sukses melalui bulan Ramadhan dengan ibadah dan pendekatan diri kepada Allah dengan ikhlas dia akan mendapatkan kedudukan tinggi dihadapan Allah baik di dunia ini maupun di akhirat nanti