Tuesday, September 27, 2011

Akibat Kemaksiatan

Akibat Kemaksiatan.Melanjutkan postingan yang kemarin mengenai Tips Membentengi Anak Terhadap Maksiat.Maka ini adalah serialnya lanjutannya sahabat.Ini adalah postingan kelanjutan dari yang disebut di atas.

Maksiat adalah perbuatan dosa dalam bentuk zhalim (aniaya) terhadap diri sendiri. Artinya perbuatan itu sebagian besar akan merugikan diri sendiri. Maksiat seperti jurang yang setiap manusia dapat saja terjatuh di dalamnya. Ditambah lagi daya dorongnya bukan hanya berasal dari diri, tetapi juga dari waswas syetan.

Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya”
[QS Al-Hijr (15) : 39]

Sumber maksiat adalah amarah. Hal ini menghasilkan permusuhan yang parahnya bisa berujung pada perbuatan dosa besar yaitu pembunuhan. Telah kita ketahui bersama bahwa dosa besar yang pertama kali dilakukan manusia di bumi adalah pembunuhan (kisah putra nabi adam qabil dan habil). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sangat mewanti-wanti tentang amarah ini.

Abu hurairah ra. menerangkan bahwa ada seseorang lelaki berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “berilah aku nasihat”, beliau menjawab “jangan marah”, maka diulanginya beberapa kali, kemudian nabi bersabda, “jangan marah.”
[HR Bukhari].
Maka marah bisa dikategorikan sumber maksiat sahabat.

Dibawah ini adalah dampak dan akibat kemaksiatan :

1. Lemah jasmani dan ruhani, sebagaimana racun masuk ke dalam tubuh dan hati seseorang.
2. Terhalang mendapatkan ilmu. Ilmu adalah cahaya yang dimasukkan Allah ke dalam hati seorang hamba, sedangkan maksiat akan mematikan cahaya tersebut.
3. Terhalang dalam memperoleh rizki dari Allah, karena ia telah bermaksiat dengan Dzat yang memberikan rizki.
4. Hatinya akan selalu murung, tertutup dan gelap, di hadapan Allah maupun manusia.
5. Setiap urusan akan dipersulit oleh Allah, berbeda dengan orang yang bertaqwa.
6. Terhalang dalam melakukan ketaatan.
7. Mengurangi umur dan rizki serta menghilangkan keberkahannya.
8. Satu kemaksiatan akan melahirkan kemaksiatan yang lain.
9. Melemahkan keinginan berbuat baik.
10. Tidak memandang buruk suatu kemaksiatan.
11. Merupakan warisan kaum durhaka terdahulu.
12. Menyebabkan kehinaan seorang hamba.
13. Menganggap remeh perbuatan dosa.
14. Mendapat kutukan/laknat dari makhluk lain (termasuk binatang ternak).
15. Mewariskan kehinaan.
16. Merusak akal.
17. Terhalang mendapatkan do’a dari Nabi dan para Malaikat.
18. Menimbulkan kerusakan di muka bumi (longsor, gempa, dll).
19. Berdampak pada postur fisik manusia.
20. Memadamkan rasa cemburu.
21. Menghilangkan rasa malu.‘Malu adalah induk segala kebaikan.[HR Muslim,37]
22. Melemahkan hati dalam mengagungkan Allah.
23. Hilangnya kewibawaan di hadapan sesama makhluk.
24. Menyebabkan pelakunya dilupakan oleh Allah.
25. Menyebabkan lupa terhadap dirinya sendiri.
26. Mengeluarkan hamba dari sikap ihsan dan dari kebaikan.
27. Melemahkan perjalanan hati menuju Allah.
28. Menghilangkan nikmat.
29. Menimbulkan ketakutan, keterasingan dan sakitnya hati.
30. Membutakan hati dan pandangan hatinya.
31. Mengecilkan jiwa manusia.
32. Pelaku maksiat berada dalam penjara syahwatnya.
33. Menjatuhkan martabat dan kemuliaan manusia.
34. Mendatangkan celaan.
35. Menyebabkan keterputusan hubungan sesama mukmin.
36. Menjadikan rendah pelakunya.

Semoga kita bisa menjaga diri kita terhadap kemaksiatan.Karena hakekat kemaksiatan itu adalah mencelakan diri kita sendiri sahabat.

Demikian tadi sahabat sedikit mengenai Akibat Kemaksiatan.Semoga bermanfaat sahabat

Sunday, September 25, 2011

Bom Solo Mengindikasikan Lemahnya Polhukam

VIVAnews - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Pramono Anung menilai degradasi popularitas SBY hampir merata disumbangkan seluruh koordinatoriat kementerian. Terbaru, aksi bom bunuh diri di Solo menunjukkan lemahnya kementerian di bawah koordinasi Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan.

"Kalau kita lihat dari segi popularitas yang cukup tajam dan itu terdegradasinya kepercayaan publik memiliki berbagai faktor bukan hanya Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tapi secara keseluruhan kementerian termasuk koordinasi Menkopulhukam," kata Pramono di DPR, Senin 26 September 2011.

Menurut mantan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu, SBY menyatakan ingin me-reshuffle berdasar kinerja. Menurutnya, hal itu benar-benar harus dilakukan dengan konsisten. Sebab, publik juga bisa menilai kementerian mana berkinerja bagus atau jelek dengan parameter objektif.

"Dalam reshuffle itu, basis utamanya kinerja seseorang. Kita tidak perlu dikotomi parpol non parpol," ujarnya.

Menurut Pram, reshufle kali ini, sudah di tengah jalan. Menurutnya, tidak perlu lagi mengedepankan popularitas. Tetapi kinerja kabinet.

"Harusnya pertimbangan utama bukan popularitas tapi kinerja kabinet," ujarnya.
• VIVAnews

Saturday, September 24, 2011

CAHAYA - CAHAYA KARUNIA ALLAH S.W.T



DIKARUNIAKAN PETUNJUK KEPADA ORANG-ORANG YANG BERADA DIJALAN ALLAH S.W.T DENGAN NUR-NUR TAWAJJUH (MENGHADAP ALLAH S.W.T). DAN BAGI ORANG YANG TELAH SAMPAI KEPADANYA, MEREKA ADALAH NUR-NUR AL-MUWAAJAHAH (MUSYAHADAH ATAU SALING BERHADAPAN ANTARA HAMBA DENGAN ALLAH S.W.T). MEREKA YANG DIKARUNIAKAN PETUNJUK ITU ADALAH UNTUK NUR-NUR, SEDANGKAN MEREKA YANG TELAH SAMPAI KEPADANYA MENDAPATI NUR-NUR ITU, LANTARAN MEREKA INI IKHLAS KARENA ALLAH S.W.T BUKAN KARENA SESUATU YANG LAIN-NYA. KATAKANLAH: “ALLAH!” KEMUDIAN BIARKAN MEREKA (ORANG LAIN) BERMAIN-MAIN DALAM KESESATAN.


Hikmah 39 ini menceritakan keadaan dua golongan yang dipanggil sebagai ahli tawajjuh dan ahli musyahadah. Ahli tawajjuh adalah orang sholeh yang berpegang teguh kepada syariat Allah s.w.t dan biasanya digelar ahli syariat. Orang sholeh atau ahli syariat melihat dirinya sebagai satu individu yang berkedudukan sebagai hamba Allah s.w.t. Dia berkewajiban melaksanakan segala perintah Allah s.w.t dan menjauhkan segala larangan-Nya. Dia melaksanakan amal kebaikan dengan ikhlas, tidak didorong oleh sifat riya dan ujub, tidak berbuat sama’ah dan tidak menyombongkan diri dengan amal tersebut. 

Allah s.w.t memberkahi amal ibadah yang demikian dan mengaruniakan kepada mereka Nur Tawajjuh. Nur yang demikian membuat mereka merasa damai dan tenang serta merasa dekat dengan Allah s.w.t. Mereka tidak berasa berat untuk melakukan ibadah, karena semakin banyak ibadah yang mereka lakukan semakin mereka memperoleh taqarrub (mendekat dan berhadap kepada Allah s.w.t) dan semakin mereka merasa nikmat dalam beribadah. Mereka bukan saja meninggalkan perkara yang haram tetapi juga yang mubah. Banyak daripada perkara yang halal ditinggalkan untuk menjaga agar mereka tidak terdorong mendekati yang haram, apa lagi melakukannya. Inilah sifat ahli syariat, memakai pakaian wara' dan berjalan dengan Nur Tawajjuh.

Golongan kedua adalah ahli musyahadah, biasanya dipanggil ahli hakikat. Ahli hakikat adalah orang yang mencapai hakikat syariat dan tauhid sehingga tidak melihat lagi sesuatu kecuali Allah s.w.t. Mereka menyaksikan bahwa Allah s.w.t adalah Tuhan Yang Maha Berdiri Dengan Sendiri dan Maha Menentukan. Mereka menyaksikan sifat Allah Yang Maha Sempurna dan Kekal. Pandangan mereka hanya tertumpu kepada Allah Azza wa Jalla. Segala yang maujud tidak memberi bekas pada hati mereka, hanya Wujud Allah s.w.t yang menguasainya, terjadilah musyahadah yaitu saling berhadapan. Nur-nur al-muwaajahah meleburkan hijab yang menutupi alam maujud lalu mata hati melihat kepada Yang Tersembunyi dibalik yang nyata. Mereka akan dapat melihat Rahasia Tuhan yang selama ini terhijab oleh Alam al-Mulk (alam kejadian) dan Allah s.w.t menyaksikan pengabdian hamba-Nya. Terbukalah kepada si hamba rahasia Alam Malakut dan nyatalah kedudukan hamba sebagai ayat atau tanda wujud. Mereka melihat ketuhanan Allah s.w.t yang meliputi segala sesuatu dan Allah s.w.t menyaksikan pengabdian hamba-Nya meliputi ilmu dan hatinya.

Allah s.w.t bukakan tabir hijab agar mata hati hamba-Nya dapat menyaksikan kerajaan-Nya yang meliputi yang nyata dan juga yang ghaib.




Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Nabi Ibrahim kebesaran dan kekuasaan (Kami) di langit dan di bumi, dan supaya menjadilah dia dari orang-orang yang percaya dengan sepenuh-penuh yakin. ( Ayat 75 : Surah al-An’aam )



Dan janganlah engkau menyembah tuhan yang lain kecuali Allah. Tiada  Tuhan melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu akan binasa melainkan Zat Allah.  ( Ayat 88 : Surah al-Qasas )



Ada perbedaan pandangan di antara ahli syariat dan ahli hakikat. Ahli syariat berjihad membunuh musuh-musuh Allah s.w.t karena mengharapkan keridha'an-Nya, berharap Allah s.w.t mengaruniakan kepada mereka nur-nur yang membawa mereka sampai kepada-Nya. Para Ahli hakikat sama dengan Ahli Syariat, ketika berjihad dan membunuh mereka melihat kepada firman Allah s.w.t:



Maka bukanlah kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah jualah yang menyebabkan pembunuhan mereka. Dan bukanlah engkau (wahai Muhammad) yang melempar ketika engkau melempar, akan tetapi Allah jualah yang melempar (untuk membinasakan orang-orang kafir).     ( Ayat 17 : Surah al-Anfaal )

Orang-orang yang sampai kepada Allah s.w.t berkecimpung dalam nur-nur karena:





Allah yang menerangi langit dan bumi. ( Ayat 35 : Surah an-Nur )

Nurullah menjadi jelas nyata pada penglihatan mata hati ahli musyahadah. Kewujudan langit dan bumi tidak menghijab mata hati mereka. Tidak mungkin terlihat langit dan  bumi jika  Nurullah tidak menerangi keduanya. 

Friday, September 23, 2011

Tips Membentengi Anak Terhadap Maksiat

Tips Membentengi Anak Terhadap Maksiat.Alhamdulillah sahabat malam hari ini kita masih diberikan nikmat sehat sehingga kita masih bisa beraktifitas dalam dunia maya ini dan semoga saja aktifitas kita diniatkan untuk saling bersilaturahmi dan juga berbagi ilmu yang bermanfaat sahabat.

Meneruskan kemarin setelah memposting mengenai salah satu sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam yaitu Abu Bakar As-Siddiq maka malam hari ini Muhasabah akan berbagi mengenai Tips Membentengi Anak Terhadap Maksiat.Artikel ini lebih ditujukan kepada Abu Ummu - Ayah Bunda - Bapak Ibu atau pun calon pengantin dan juga untuk sahabat semua.Selamat menyimak dan semoga bermanfaat


Sebagai Ayah atau pun Bunda tentu kita tidak menginginkan anak-anak kita, buah cinta kita dengan isteri menjadi salah satu korban daripada begitu maraknya kemaksiatan sekarang ini.Maka hendaknya kita sebagai orang tua yang diamanahi Allah Subhanahu Wa Ta'ala berupa anak-anak untuk mendidik dan membesarkannya menjadi orang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.Untuk menjadi penerus dan generasi pejuang Islam di Bumi Allah ini, maka sebagai orang tua kita harus bisa menghindarkan atau pun mencegah anak kita dari perbuatan-perbuatan maksiat.

Sebenarnya banyak tips membentengi anak terhadap maksiat yang bisa dilakukan kita sebagai orang tua.Di antaranya, dengan menghindarkan anak dari sebab-sebab menularnya kemaksiatan itu. Seperti tidak membebaskan pergaulan anak begitu saja, terus berusaha mengawasi pergaulan anak, memilihkan teman-teman yang shalih, memilihkan lingkungan rumah dan masyarakat yang baik, dan usaha-usaha lain yang bersifat preventif.

Selain itu, usaha pencegahan yang paling utama adalah berupa pendidikan keagamaan yang memadai. Karena sesungguhnya faktor utama yang mampu mencegah seseorang berbuat maksiat adalah agamanya. Semakin kuat agama seseorang, niscaya dia akan semakin jauh dari perbuatan maksiat. Seandainya pun dia berbuat maksiat, maka dengan agamanya dia akan berusaha untuk segera bertaubat sehingga setelahnya dia menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Dan agama kita ini, telah menjadikan tauhid sebagai pondasi utamanya. Tidaklah seorang pun Rasul diutus, kecuali dia pasti menyerukan tauhid. Bahkan tauhid menjadi seruannya yang paling utama dan pertama. Tidak lain karena tauhid inilah yang akan menentukan kebaikan dan keburukan seorang hamba. Semakin sempurna tauhid semakin baiklah dia.

Oleh sebab itulah Ayah dan Bunda, yang dirahmati Allah, karena agama adalah faktor terbesar yang membentengi seseorang dari maksiat, sedangkan agama ini dilandasi oleh tauhid, maka pengajaran tauhid kepada anak-anak dalam usaha menjauhkan mereka dari maksiat adalah salah satu usaha yang tidak boleh kita sepelekan. Dan kita harus mengajarkan tauhid ini sesempurna mungkin.

Demikian tadi sahabat sedikit mengenai Tips Membentengi Anak Terhadap Maksiat.Semoga bermanfaat.

Monday, September 19, 2011

Adam dan Hawa : Telanjang atau Berpakaian ?

Apakah Adam dan Hawa berpakaian ataukah telanjang? Seperti nya pertanyaan ini tidak begitu penting, tetapi dengan memeriksa secara cermat teks al Quran mengenai hal ini, kita akan dapatkan apa yang sebenarnya terjadi dibalik cerita tentang iblis dan pohon khuldi. Berikut penjelasannya:


Adam dan Hawa diciptakan Tuhan sebagai Bapak dan Ibu pertama dari seluruh manusia di bumi. Karena ditipu oleh setan (Iblis dan pengikutnya dari jenis jin), Adam dan Hawa akhirnya memakan buah khuldi. Padahal Tuhan telah melarang Adam dan Hawa untuk tidak mendekati pohon tersebut.

"Khuldi" adalah  nama yang dipakai setan(iblis dkk) dalam rangka menipu Adam
Tuhan tidak menyebutkan secara eksplisit nama pohon terlarang itu. Ketika setan (iblis dkk) membisikkan hasutan agar Adam & Hawa melanggar larangan Tuhan, kata yang dipakai untuk menyebut pohon larangan tersebut adalah kata "syajarotul khuldi" yang berarti pohon kekekalan. (syajaroh= pohon) (khuldi=kekal) 
Kata "kekekalan" dimaksudkan untuk menipu Adam. Setan membisikkan, "Hai Adam, tau nggak,..kenapa Tuhan ngelarang loe loe pade untuk ngedeketin pohon ini? Ini pohon namanya "pohon kekekalan" atau "syajarotul khuldi" Kalau elo makan buahnya elo bisa jadi kekal dan bisa jadi malaikat. Nah Tuhan tu ngelarang elo supaya elo gak jadi malaikat, supaya elo tidak bisa kekal di dalam surga. Makanya makan aja tuh buahnya enak kok". 

Makan Buah Khuldi menyebabkan Pakaian Adam& Hawa Lenyap
Tuhan melarang Adam&Hawa mendekati pohon tersebut karena buahnya akan membuat  mereka menjadi telanjang, terbuka auratnya.
Tuhan berkata,"Wahai Adam, tinggallah kamu dan istrimu di surga, makanlah yang mana saja yang kalian ingini, tapi janganlah kalian dekati pohon ini. (Karena jika kalian dekati) kalian termasuk orang yang zalim" (QS 7 Al A'raaf : ayat 19)

ilustrasi tambahan: "Pohon itu tidak baik bagi kalian. Buahnya bisa membuat pakaian dan kemuliaan kalian menjadi hilang. Aku telah memberimu pakaian terbaik yang menutupi aurat kalian agar tidak terlihat oleh setan (iblis dkk). Kalau kalian mendekati pohon itu, nanti kalian kepingin makan buahnya. Kalau kalian makan buahnya, kalian akan kehilangan pakaian dan kemuliaan kalian. Dengan demikian kalian termasuk orang yang zalim (sudah dikasih pakaian pelindung yang bagus kok malah dirusak/dibuang)"

Iblis tau bahwa dengan memakan buah larangan Adam & Hawa akan terbuka auratnya

 Kemudian setan (Iblis dkk) membisikkan pikiran jahat , agar mereka (Adam&Hawa) menampakkan aurat yang selama ini tertutup (tertutup pakaian dari Tuhan)................................ (QS 7 Al a'raaf : ayat 20)

Ilustrasi (Iblis bergumam),"Kalau Adam&Hawa kelihatan "itu" / auratnya, nampaknya asik juga nih. Tapi  pakaian yang diberikan Tuhan kepada mereka rapet banget sehingga gua gak bisa lihat aurat mereka. Gimana caranya biar mereka telanjang ya? Aha gua tau,...kalau mereka mau melanggar larangan Tuhan pasti kemuliaan mereka akan hilang. Kalau mereka sampai mau makan buah pohon terlarang itu pasti secara fisik pakaian mereka juga akan lenyap. Dengan begitu gua bisa bebas ngeliat mereka"  Tapi kalau gua bilang bahwa pakaian mereka akan lenyap dan aurat mereka akan terbuka tentu mereka tidak mau,........ mmmmm gua ada akal,.... gua kasih tau aja ke mereka bahwa buah itu adalah buah kekekalan, kalau mau makan buah itu, mereka akan jadi malaikat dan hidup kekal dalam surga.


dalam potongan akhir ayat 20 ini setan (Iblis dkk) berkata," Tuhanmu melarang kamu mendekati pohon ini hanya karena,...supaya kamu tidak menjadi malaikat dan supaya kamu tidak kekal di surga"
Buah larangan itu berbahaya bagi Adam&Hawa karena bisa langsung melenyapkan kemuliaan sekaligus pakaian yang dikaruniakan Tuhan kepada mereka. Tapi setan(Iblis dkk) menipu Adam&Hawa, dengan mengatakan bahwa pohon larangan adalah pohon kekekalan dan buahnya kalau dimakan akan membuat Adam&Hawa menjadi malaikat dan kekal dalam surga.


Iblis bersumpah bahwa omongannya benar

Ayat selanjutnya disebutkan," Dan setan (Iblis dkk) bersumpah kepada Adam&Hawa, "Sesungguhnya aku ini benar benar termasuk para penasihat kalian!!" (QS 7 Al A'raaf : ayat 21)

Ilustrasi tambahan: "Hai Adam , loe percaya aja deh ke gua,  gua gak bohong,... sumpah deh,... gua kan hidup lebih duluan dari kamu, jadi gua tau rahasia rahasia begituan,... udah deh gak usah ragu ragu,... embat aja deh itu buah kekekalan, pasti loe pade langsung jadi malaikat. Percaya deh,....gua kan benar benar penasihat kalian ?"





Sunday, September 18, 2011

Khalifah Abu Bakar As Siddiq

Bismillah...

Khalifah Abu Bakar As Siddiq.Melanjutkan postingan kemarin yaitu Utsman bin ‘Affan maka sore hari ini kita belajar sedikit mengenai sirah seorang sahabat yaitu Khalifah Abu Bakar As Siddiq.Semoga bermanfaat sahabat...

Ayah dari Aisyah istri Nabi Muhammad SAW. Namanya yang sebenarnya adalah Abdul Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Rasulullah Saw menjadi Abdullah (artinya 'hamba Allah'). Khalifah Abu Bakar As Siddiq atau Abdullah bin Abi Quhafah (Usman) bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Quraisy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi saw kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, kakek yang keenam. Dan ibunya, Ummul-Khair, sebenarnya bernama Salma binti Sakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Nabi Muhammad Saw juga memberinya gelar As Siddiq (artinya 'yang berkata benar'), sehingga ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar as-Siddiq.

Abu Bakar As Siddiq tumbuh dan besar di Mekah dan tidak pernah keluar dari Mekah kecuali untuk tujuan dagang dan bisnis. Beliau memiliki harta kekayaan yang sangat banyak dan kepribadian yang sangat menarik, memiliki kebaikan yang sangat banyak, dan sering melakukan perbuatan-perbuatan yang terpuji. Sebagaimana hal ini dikatakan oleh Ibnu Dughunnah, sesungguhnya engkau selalu menyambung tali kasih dan keluarga, bicaramu selalu benar, dan kau menanggung banyak kesulitan, kau bantu orang-orang yang menderita dan kau hormati tamu.

An-Nawawi berkata: Abu Bakar As Siddiq termasuk tokoh Quraisy dimasa Jahiliyah, orang yang selalu dimintai nasehat dan pertimbangannya, sangat dicintai dikalangan mereka, sangat mengetahui kode etik dikalangan mereka. Tatkala, Islam datang Abu Bakar As Siddiq mengedepankan Islam atas yang lain, dan beliau masuk Islam dengan sempurna.

Zubair bin Bakkar bin Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ma’ruf bin Kharbudz dia berkata: Sesungguhnya Abu Bakar As Siddiq adalah salah satu dari 10 orang Quraisy yang kejayaannya dimasa Jahiliyah bersambung hingga zaman Islam. Abu Bakar As Siddiq mendapat tugas untuk melaksanakan diyat (tebusan atas darah kematian) dan penarikan hutang. Ini terjadi karena orang-orang Quraisy tidak memiliki raja dimana mereka bisa mengembalikan semua perkara itu kepada raja. Pada setiap kabilah dikalangan Quraisy saat itu, ada satu kekuasaan umum yang memiliki kepala suku dan kabilah sendiri.


Istri-istri dan anak Abu Bakar.

Abu Bakar pernah menikahi Qutailah binti Abdul Uzza bin Abd bin As’ad pada masa jahiliyyah dan dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’.
Beliau juga menikah dengan Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah.
Beliau juga menikah dengan Asma’ binti Umais bin ma’add bin Taim al-Khatts’amiyyah, dan sebelumnya Asma’ diperistri oleh Ja’far bin Abi Thalib. Dari hasil pernikahannya ini lahirlah bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji Wada’ di Dzul Hulaifah.
Beliau juga menikah dengan Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Zuhair dari Bani al-Haris bin al-Khazraj.

Abu Bakar pernah singgah di rumah Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan beliau masih terus berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh hingga Rasullullah saw wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah sepeninggal Rasulullah saw. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Khultsum.

Orang yang paling bersih di masa Jahilliyah

Ibnu Asakir meriwayatkan dengan sanadnya yang shahih dari Aisyah, dia berkata: demi Allah, Abu Bakar As Siddiq tidak pernah melantunkan satu syairpun di masa Jahiliyah dan tidak pula dimasa Islam. Abu Bakar As Siddiq dan Utsman bin Affan tidak pernah minum minuman keras di zaman Jahiliyah.
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, dia berkata, Abu Bakar As Siddiq sama sekali tidak pernah mengucapkan syair.
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abu Al-Aliyyah Ar-rayahi, dia berkata: Dikatakan kepada Abu Bakar As Siddiq ditengah sekumpulan sahabat Rasulullah: Apakah kamu pernah meminum minuman keras di zaman Jahiliyah? Beliau berkata, ”Saya berlindung kepada Allah dari perbuatan itu!”

Sifat Abu Bakar As Siddiq

Ibnu Saad meriwayatkan dari Aisyah bahwa seorang laki-laki berkata kepadanya: Coba sebutkan kepada saya gambaran tentang Abu Bakar As Siddiq! Kata Aisyah: dia adalah laki-laki kulit putih, kurus, tidak terlalu lebar bentuk tubuhnya,sedikit bungkuk, tidak bisa untuk menahan pakaiannya turun dari pinggangnya, tulang-tulang wajahnya menonjol, dan pangkal jemarinya datar.

Ibnu Asakir meriwayatkan dari Aisyah, bahwa Abu Bakar As Siddiq mewarnai rambutnya dengan 'daun pacar' dan katam (nama jenis tumbuhan). Dia juga meriwayatkan dari Anas, dia berkata, Rasulullah datang ke Madinah, dan tidak ada salah seorang dari para sahabatnya yang beruban kecuali Abu Bakar As Siddiq, maka dia menyemirnya dengan daun pacar dan katam.

Abu Bakar As Siddiq dilahirkan di Mekah dari keturunan Bani Tamim ( Attamimi ), suku bangsa Quraisy. Berdasarkan beberapa sejarawan Islam, ia adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar serta dipercayai sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.

Era bersama Nabi saw

Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar As Siddiq membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan. Sehingga diriwayatkan bahwa Abu Bakar As Siddiq memiliki 9 toko yang semuanya habis dibuat untuk tegaknya agama islam. Beberapa budak yang ia bebaskan antara lain :
Bilal bin Rabbah
Abu Fakih
Ammar
Abu Fuhaira
Lubainah
An Nahdiah
Ummu Ubays
Zinnira

Ketika peristiwa Hijrah, saat Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah (622 M), Abu Bakar As Siddiq adalah satu-satunya orang yang menemaninya. Abu Bakar As Siddiq juga terikat dengan Nabi Muhammad secara kekeluargaan. Anak perempuannya, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad beberapa saat setelah Hijrah.

Menjadi Khalifah

Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang ajalnya, dikatakan bahwa Abu Bakar As Siddiq ditunjuk untuk menjadi imam shalat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar As Siddiq akan menggantikan posisinya. Segera setelah kematiannya (632), dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar As Siddiq sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam.

Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Abu Bakar As Siddiq sebagai khalifah adalah subyek yang sangat kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu sisi kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad), yang menjadi pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah SAW sendiri sementara kaum sunni berpendapat bahwa Rasulullah SAW menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa Rasulullah mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin. Sementara muslim syi'ah berpendapat kalau Rasulullah saw dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dll, tidak pernah meninggalkan umatnya tanpa hidayah dan bimbingan apalagi masalah kepemimpinan umat terahir, dan juga banyak hadits di Sunni maupun Syi'ah tentang siapa khalifah sepeninggal Rasulullah saw, serta jumlah pemimpin islam yang dua belas. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut, Ali bin Abu Thalib sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya (berbai'at) kepada Abu Bakar As Siddiq dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan yang antusias dan Ali bin Abu Thalib menjadi pendukung setia Abu Bakar As Siddiq dan Umar bin Khattab. Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali bin Abu Thalib melakukan baiat tersebut secara "pro forma," mengingat beliau berbaiat setelah sepeninggal Fatimah istri beliau yang berbulan bulan lamanya dan setelah itu ia menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.

Perang Ridda

Segera setelah menjabat Abu Bakar As Siddiq, beberapa masalah yang mengancam persatuan dan stabilitas komunitas dan negara Islam saat itu muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa diantaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya yakni penyembahan berhala. Suku-suku tersebut mengklaim bahwa hanya memiliki komitmen dengan Nabi Muhammad SAW dan dengan kematiannya komitmennya tidak berlaku lagi. Berdasarkan hal ini Abu Bakar menyatakan perang terhadap mereka yang dikenal dengan nama perang Ridda. Dalam perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan nama Musailamah Al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad SAW. Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid.

Al Quran

Abu Bakar As Siddiq juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Quran. Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan Musailamah dalam perang Ridda, banyak penghafal Al Qur'an yang ikut tewas dalam pertempuran. Abu Bakar As Siddiq lantas meminta Umar bin Khattab untuk mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. Setelah lengkap koleksi ini, yang dikumpulkan dari para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain sebagainya, oleh sebuah tim yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit, kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar bin Khattab dan juga istri dari Nabi Muhammad SAW. Kemudian pada masa pemerintahan Usman bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al Qur'an hingga yang dikenal hingga saat ini.

Abu Bakar As Siddiq meninggal pada tanggal 23 Agustus 634/ 8 Jumadil Awwal 13 H di Madinah pada usia 63 tahun. Beliau berwasiat agar jenazahnya dimandikan oleh Asma` binti Umais, istri beliau. Kemudian beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah. Umar mensholati jenazahnya diantara makam Nabi dan mimbar (ar-Raudhah) . Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat adalah putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar), Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Thalhah bin Ubaidillah.

Sumber : wikipedia

Saturday, September 10, 2011

Utsman bin ‘Affan (Wafat 35 H)

Bismillah...

Utsman bin ‘Affan (Wafat 35 H).Melanjutkan postingan mengenai Sirah Sahabat yaitu Ali Bin Abu Thalib dan juga ‘Umar bin al-Khaththab (wafat 23 H) maka petang hari ini kita akan memposting mengenai Utsman bin ‘Affan (Wafat 35 H).Semoga bermanfaat sahabat semua...

Nama lengkapnya adalah ‘Utsman bin Affanbin Abi Ash bin Umayah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al Umawy al Qurasy, pada masa Jahiliyah ia dipanggil dengan Abu ‘Amr dan pada masa Islam nama julukannya (kunyah) adalah Abu ‘Abdillah. Dan juga ia digelari dengan sebutan “Dzunnuraini”, dikarenakan beliau menikahi dua puteri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum. Ibunya bernama Arwa’ bin Kuraiz bin Rabi’ah bin Habib bin ‘Abdi Syams yang kemudian menganut Islam yang baik dan teguh.


Keutamaannya

Imam Muslim telah meriwayatkan dari ‘Aisyah, seraya berkata,” Pada suatu hari Rasulullah sedang duduk dimana paha beliau terbuka, maka Abu Bakar meminta izin kepada beliau untuk menutupinya dan beliau mengizinkannya, lalu paha beliau tetap dalam keadaan semula (terbuka). Kemudian Umar minta izin untuk menutupinya dan beliau mengizinkannnya, lalu paha beliau tetap dalam keadaan semula (terbuka), ketika Utsman meminta izin kepada beliau, amaka beliau melepaskan pakaiannya (untuk menutupi paha terbuka).

Ketika mereka telah pergi, maka aku (Aisyah) bertanya,”Wahai Rasulullah, Abu Bakar dan Umar telah meminta izin kepadamu untuk menutupinya dan engkau mengizinkan keduanya, tetapi engkau tetap berada dalam keadaan semula (membiarkan pahamu terbuka), sedangkan ketika Utsman meminta izin kepadamu, maka engkau melepaskan pakainanmu (dipakai untuk menutupinya). Maka Rasulullah menjawab,” Wahai Aisyah, Bagaimana aku tidak merasa malu dari seseorang yang malaikat saja merasa malu kepadanya”.

Ibnu ‘Asakir dan yang lainnya menjelaskan dalam kitab “Fadhail ash Shahabah” bahwa Ali bin Abi Thalib ditanya tentang Utsman, maka beliau menjawab,” Utsman itu seorang yang memiliki kedudukan yang terhormat yang dipanggil dengan Dzunnuraini, dimana Rasulullah menikahkannya dengan kedua putrinya.

Perjalanan hidupnya

Perjalanan hidupnya yang tidak pernah terlupakan dalam sejarah umat islam adalah beliau membukukan Al-Qura’an dalam satu versi bacaan dan membuat beberapa salinannya yang dikirim kebeberapa negeri negeri Islam. Serta memerintahkan umat Islam agar berpatokan kepadanya dan memusnahkan mushaf yang dianggap bertentangan dengan salinan tersebut. Atas Izin allah Subhanahu wa ta’ala, melalui tindakan beliau ini umat Islam dapat memelihara ke autentikan Al-Qur’an samapai sekarang ini. Semoga Allah membalasnya dengan balasan yang terbaik.

Diriwayatkan dari oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnadnya dari yunus bahwa ketika al Hasan ditanya tentang orang yang beristirahat pada waktu tengah hari di masjid ?. maka ia menjawab,”Aku melihat Utsman bin Affan beristirahat di masjid, padahal beliau sebagai Khalifah, dan ketika ia berdiri nampak sekali bekas kerikil pada bagian rusuknya, sehingga kami berkata,” Ini amirul mukminin, Ini amirul mukminin..”

Diriwayatkan oleh Abu Na’im dalam kitabnya “Hulyah al Auliyah” dari Ibnu Sirin bahwa ketika Utsman terbunuh, maka isteri beliau berkata,” Mereka telah tega membunuhnya, padahal mereka telah menghidupkan seluruh malam dengan Al-Quran”.

Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Abdullah bin Umar, seraya ia berkata dengan firman Allah”. “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Qs Az-Zumar:9) yang dimaksud adalah Utsman bin Affan.

Wafatnya
Ia wafat pada tahun 35 H pada pertengahan tasyriq tanggal 12 Dzul Hijjah, dalam usia 80 tahun lebih, dibunuh oleh kaum pemberontak (Khawarij).

Diringkas dari Biografi Utsman bin affan dalam kitab Al ‘ilmu wa al Ulama Karya Abu Bakar al Jazairy. Penerbit Daar al Kutub as Salafiyyah. Cairo. ditulis tanggal 5 Rab’ul Awal di Madinah al Nabawiyah.

Di Posting Ulang Dari : ahlulhadist.wordpress.com

Sunday, September 4, 2011

Jangan Durhaka Kepada Orang Tua

Bismillah

Melanjutkan postingan kemarin mengenai PINTU DARI PINTU-PINTU SURGA. maka hari ini karena masih dalam nuansa Hari Raya Idul Fitri 1432 H dan Setelah beberapa hari kemarin kita disibukkan dengan bersilaturahmi kepada sanak saudara ada baiknya kita sedikit menyimak mengenai Jangan Durhaka Kepada Orang Tua karena hal ini sangat penting bagi kita baik itu kedudukan kita sebagai seorang anak atau pun kita sebagai orang tua.Semoga bermanfaat sahabat

Kita mendapati bahwa orang yang berbakti kepada kedua orangtuanya, dianugerahi Allah anak-anak yang berbakti kepadanya. Adapun orang yang tidak berbakti kepada kedua orangtuanya, akan Allah berikan kepadanya anak-anak yang durhaka kepadanya.

Kisah Nyata


Ada sebuah kisah nyata yang dituturkan oleh seorang ibu. Ia berkata, “…Suatu hari istri anak saya meminta suaminya (anak saya) agar menempatkan saya di ruangan yang terpisah, berada di luar rumah. Tanpa ragu-ragu, anak saya menyetujuinya. Saat musim dingin yang sangat menusuk, saya berusaha masuk ke dalam rumah, tetapi pintu-pintu terkunci rapat. Rasa dingin pun menusuk tubuh saya. Kondisi saya semakin buruk. Lalu, anak saya ingin membawaku ke suatu tempat. Perkiraanku ke rumah sakit. Akan tetapi, ternyata ia mencampakkanku ke panti jompo. Setelah itu, ia tidak pernah lagi menemui saya….”
(Majalah As-Sunnah)

Pembaca mulia, penggalan kisah di atas merupakan masalah yang banyak terjadi di zaman kita. Tidak sedikit anak yang ketika kesuksesan duniawi telah ia raih, melupakan jasa-jasa orang tuanya yang telah bekerja keras membanting tulang untuk menyokong dirinya semenjak ia kecil. Banyak anak tidak ingat bagaimana dulu orang tua rela tidak tidur semalaman untuk menggendongnya, menjaganya, menyusuinya, sampai membersihkan ompolnya.

Namun, jasa-jasa itu justru dibalas dengan menyerahkan orang tua ke panti jompo. Ini adalah salah satu bentuk kedurhakaan yang besar karena yang dibutuhkan orang tua kita adalah pelayanan kita justru di saat mereka sudah memasuki usia renta. Yang mereka butuhkan adalah perhatian kita dan kesiapan kita untuk menceboknya, mengeluarkan kotorannya, menemaninya, membantunya berjalan, dan menjaganya di saat tubuh mereka sudah lemah.

Kedudukan Berbakti Kepada Orang Tua

Islam telah mensyariatkan bahwa orang tua memiliki porsi tertinggi untuk diberikan pelayanan oleh seorang anak. Oleh karena itu, membuat kedua orang tua menangis adalah salah satu larangan yang harus dijauhi

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Ada seseorang yang datang kepada Rasulullah seraya berkata, ‘Saya datang demi berbaiat kepadamu untuk berhijrah, namun saya meninggalkan kedua orang tuaku menangis.’ Maka, Rasulullah bersabda, ‘Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau membuat keduanya menangis.’”
(HR. Abu Dawud).

Pembaca mulia, ibu bapak merupakan sebab lahirnya kita di dunia ini. Oleh karena itu, perhatikanlah bahwa Allah telah menunjukkan besarnya hak orang tua dengan menggandengkan antara perintah untuk berbuat baik kepada keduanya dengan perintah untuk bertauhid kepada-Nya, sebagaimana dalam potongan surat Luqman, ayat 14 berikut ini, yang artinya. “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang tuamu.” Dengan demikian, melakukan kedurhakaan kepada orang tua merupakan perbuatan keji dan termasuk dosa besar yang diancam dengan siksa neraka.

Dari Thoisalah rahimahullah, bahwasannya Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata kepadanya,” Apakah engkau takut masuk dalam neraka?”. Aku berkata, “Iya”. Ia berkata, “Dan apakah engkau ingin masuk dalam surga?”. Aku berkata, “Iya” Ia berkata, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?”. Aku berkata, “Ibuku bersamaku”. Ia berkata, “Demi Allah jika engkau lembut tatkala berbicara dengannya dan engkau memberi makan kepadanya maka engkau sungguh akan masuk surga selama engkau menjauhi dosa-dosa besar”
(Tafsir Ath-Thabari).

Bakti Kepada Orang Tua adalah Akhlak Salaf

Generasi awal Islam (salaf), merupakan generasi yang sangat menjunjung tinggi hak-hak orang tua mereka. Tidak bisa dihitung banyaknya kisah yang menggambarkan betapa besar bakti mereka kepada kedua orang tua.

Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata, “Harga kurma naik melambung di masa pemerintahan Utsman bin ‘Affan hingga 1000 dirham. Maka, Usamah bin Zaid pun pergi menuju pohon kurma yang ia miliki. Kemudian, ia melubanginya dan mengambil jantung kurma tersebut lalu ia berikan kepada ibunya. Orang-orang lalu berkata kepadanya, “Apa yang menyebabkan engkau melakukan ini padahal engkau tahu bahwa harga pohon kurma sekarang mencapai 1000 dirham?”, Usamah berkata, “Ibuku meminta jantung pohon kurma kepadaku dan tidaklah ia meminta sesuatu kepadaku yang aku mampu kecuali aku penuhi permintaannya.”
(Shifatus shafwah, Ibnul Jauzi)

Dari Musa bin ‘Uqbah rahimahullah berkata, “Ali bin Al-Husain bin Ali bin Abi Tholib tidak makan bersama ibunya padahal ia adalah orang yang paling berbakti kepada ibunya. Lalu, ditanyakan kepadanya tentang hal itu. Maka, ia menjawab, “Aku takut jika aku makan bersama ibuku lantas matanya memandang pada suatu makanan dan aku tidak tahu pandangannya tersebut, lalu aku memakan makanan yang dipandangnya itu. Maka aku telah durhaka kepadanya.”
(Risalah bir was Shilah, Ibnul Jauzi)

Besarnya Dosa Mendurhakai Orang Tua

Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dosa-dosa besar adalah berbuat syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa serta sumpah palsu.”
(HR. Bukhari).
Perhatikan hadits di atas. Rasulullah menempatkan dosa durhaka kepada orang tua setelah dosa syirik, dan sebelum dosa membunuh jiwa. Maka, bisa kita bayangkan betapa besar dosa ini.

Batasan Durhaka kepada Orang Tua

Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil”
(Q.S. Al-Isra`: 23-24).

Dari ayat di atas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa sekadar ucapan “ah” yang notabene hanya pengingkaran lisan saja sudah termasuk perbuatan durhaka kepada orang tua. Maka, bagaimana dengan yang lebih besar dari itu?

Syaikh Taqiyyuddin As-Subki berkata, “Defenisi durhaka adalah menyakiti (mengganggu) kedua orangtua dengan jenis gangguan apa saja, baik tingkatan gangguan tersebut rendah atau tinggi, mereka melarang gangguan itu atau tidak, atau sang anak menyelisihi perintah mereka berdua atau larangan mereka berdua dengan syarat (perintah atau larangan mereka) bukanlah kemaksiatan.”
(Dinukil dari Umdatul Qori)


Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas (dalam buku Berbakti kepada Kedua Orang Tua) mengurai bentuk-bentuk durhaka kepada kedua orang tua sebagai berikut:

[1] Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan) ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati.
[2] Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
[3] Membentak atau menghardik orang tua.
[4] Bakhil. Tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yang lain dari pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
[5] Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan lain-lain.
[6] Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua atau lemah. Akan tetapi, jika ’si Ibu” melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri maka tidak mengapa dan karena itu anak harus berterima kasih. [7] Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang tua.
[8] Memasukkan kemungkaran ke dalam rumah misalnya alat musik, mengisap rokok, dll. [9] Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagian orang dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya. Na’udzubillah.
[10] Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.


Berbakti kepada Orang Tua dapat Menghapus Dosa Besar


Dari ‘Atha` bin Yasar dari Ibnu Abbas, “Bahwasanya ada seorang laki-laki menemuinya dan berkata, “Aku melamar seorang wanita dan ia menolak untuk menikah denganku. Lalu datang orang lain melamarnya, ia mau menikah dengannya. Maka, aku pun cemburu dan aku bunuh wanita itu. Apakah aku masih bisa bertaubat?” Ibnu Abbas berkata, “Apakah ibumu masih hidup?” Laki-laki itu berkata, “Tidak”. Ibnu Abbas berkata, “Bertaubatlah engkau kepada Allah dan dekatkanlah dirimu kepada Allah sekuat Engkau”. Lalu, pergilah orang itu dan aku pun (Atha` bin Yasar) bertanya kepada Ibnu Abbas mengapa ia menanyakan apakah ibu orang tersebut masih hidup.” Ibnu Abbas berkata, “Aku tidak mengetahui ada suatu amalan yang lebih dekat kepada Allah daripada berbakti kepada ibu”
(HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrod )

Jika Ayah Mengambil Harta Anak

Disebutkan dalam sebuah hadits bahwasanya ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki harta dan anak, dan ayahku ingin untuk mengambil seluruh hartaku”. Maka Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam berkata, “Engkau dan hartamu itu milik ayahmu.”
(HR. Ibnu Majah).

Oleh karena itu, Imam Ahmad menyatakan bolehnya ayah untuk mengambil harta anaknya sesukanya dalam keadaan butuh ataupun tidak butuh, baik sedikit ataupun banyak dengan tiga syarat:
[1]. Tidak memberikan mudharat bagi sang anak dan tidak mengambil harta yang berkaitan dengan kebutuhan sang anak.
[2]. Tidak mengambil harta anaknya kemudian diberikan kepada anaknya yang lain. [3]. Sang ayah tidak menghambur-hamburkan harta tersebut dan tidak berbuat mubadzir [*Dalam Islam, menunaikan hak orang tua lebih didahulukan daripada menunaikan hak istri]

Penutup

Demikianlah sedikit risalah ringkas yang penulis berharap dapat bermanfaat bagi para pembaca mulia. Sebagai nasehat penutup, penulis nukilkan dengan bahasa bebas perkataan Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, “… Allah akan memberi ganjaran kepada anak yang berbakti kepada orang tua di dunia sebelum Allah memberi ganjaran kepadanya di akhirat. Oleh karena itu, kita mendapati –berdasarkan apa yang telah kami dengar dan kami lihat- bahwa orang yang berbakti kepada kedua orangtuanya, dianugerahi Allah anak-anak yang berbakti kepadanya. Adapun orang yang tidak berbakti kepada kedua orangtuanya, akan Allah berikan kepadanya anak-anak yang durhaka kepadanya.” (Fatwa Ibnu Utsaimin, Al-Washoya Al-‘Asyr).

Untuk pembahasan lebih luas, silakan lihat seri artikel tentang Berbakti kepada Orang Tua di situs www.firanda.com.
[Penulis: Ginanjar Indrajati B.*]

*Penulis adalah alumni Ma’had Al-‘Ilmi Yogyakarta, staf pengajar Ma’had Umar bin Khattab, menggeluti dakwah di dunia maya. Beliau sedang menyelesaikan program studi S1 Sastra Arab di UGM

At Tauhid edisi VII/11
Oleh: Ginanjar Indrajati B.

Di Posting Ulang Dari : buletin.muslim.or.id


Friday, September 2, 2011

Batas Penanggalan Internasional Dalam Tahun Masehi

Ketika naik pesawat dari Tonga menuju Samoa  kita membutuhkan waktu dua jam. Jika kita berangkat pukul 12:00 pada hari Selasa, kita akan tiba pukul 14:00 pada hari Senin. Sementara itu, seseorang di Samoa yang menanyakan penerbangan keberangkatan kemungkinan dijawab tidak ada penerbangan hingga keesokan harinya. Di Samoa kita akan mengulangi hari Senin. Entri di jurnal dan foto mungkin tidak berurutan, dan jadwal pemakaian obat seseorang bakal salah. Selain itu, mereka yang akan melanjutkan penerbangan dengan pesawat lain mungkin akan memilih tanggal yang salah untuk reservasi. Ini semua terjadi karena perjalanan yang kita lakukan melintasi batas kesepakatan penanggalan internasional.



Batas penanggalan internasional (International Date Line)
adalah suatu garis khayal di permukaan bumi yang berfungsi untuk mengimbangi (offset) penambahan waktu ketika seseorang bepergian menuju arah timur melalui berbagai zona waktu. Sebagian besar garis ini berada pada bujur ±180°, di bagian Bumi yang berhadapan dengan garis Bujur Utama (Prime Meridian). Garis ini berbentuk lurus kecuali saat melewati wilayah Rusia dan pulau-pulau di Samudra Pasifik.



Batas penanggalan internasional
Fenomena pertama berkaitan dengan masalah penanggalan mencuat sewaktu pelayaran keliling dunia oleh Ferdinand Magellan. Magellan bersama para anak buah kapal (ABK) kembali ke persinggahan milik Spanyol pada suatu hari yang telah dipastikan menurut catatan pelayaran. Ternyata hari tersebut berbeda dengan hari di daratan itu. Walaupun hal ini sekarang dapat dimengerti, banyak orang yang terkejut pada saat itu, bahkan sebuah delegasi khusus bertemu dengan Paus untuk menjelaskan keanehan itu kepada Bapa Suci.
Sebagian besar Batas Penanggalan Internasional mengikuti garis bujur 180°. Dua penyimpangan terbesar dari garis bujur tersebut bertujuan untuk menjaga keutuhan zona waktu internal beberapa negara. Di Pasifik Utara, batas penanggalan berayun ke timur melalui Selat Bering dan kemudian ke barat melewati Kepulauan Aleutian untuk menetapkan Alaska (bagian dari Amerika Serikat) dan Rusia di dua sisi yang saling berhadapan sepenuhnya. Di Pasifik Tengah, batas penanggalan dipindahkan pada 1995 supaya memanjang di sekeliling, daripada melalui, wilayah Kiribati. Sebelum penggantian zona waktu ini, Kiribati dilalui oleh batas penanggalan; akibatnya, kantor pemerintah di seberang garis hanya dapat berkomunikasi selama empat hari ketika kedua sisi mengalami masa lima hari kerja secara serentak. Selain itu, akibat dari revisi zona waktu itu ialah Pulau Caroline memiliki status baru sebagai wilayah paling timur yang didiami manusia yang memasuki tahun 2000 terawal, suatu keunikan yang ditonjolkan oleh pemerintah Kiribati untuk menarik turis.
Kenyataannya hingga tahun 2000-an, banyak pembuat peta yang tidak merevisi perpindahan garis di wilayah Kiribati, melainkan tetap membuat garis lurus di sekitar Kiribati.

Dampak akibat mengabaikan batas penanggalan dapat dilihat pada novel fiksi Mengelilingi Dunia Dalam 80 Hari karya Jules Verne, di mana mereka yang kembali ke London setelah perjalanan mengelilingi dunia berpikir bahwa mereka telah kalah dalam taruhan – sinopsis utama cerita itu. Setelah bepergian ke arah yang berlawanan dengan Magellan, mereka percaya tanggal di sana lebih cepat satu hari dari yang sebenarnya.
Seseorang yang bepergian ke arah barat dan melewati garis itu harus menambah satu hari dari tanggal dan waktu yang mereka percayai sebelumnya. Sebaliknya, mereka yang menuju ke arah timur harus mengurangi satu hari. Para ABK Magellan dan tokoh-tokoh di novel karya Verne mengabaikan revisi tersebut.

Bedanya Penanggalan Hijriyah dengan Masehi

Banyak orang tahu bahwa perbedaan penanggalan Hijriyah dan Masehi adalah mengenai dasar perhitungannya. yang satu berdasarkan pada posisi bulan, yang satu lagi berdasarkan posisi matahari. Akan tetapi ada satu hal penting yang dilupakan orang, dan ironisnya justru hal penting inilah yang mendasari perbedaan penentuan tanggal 1 bulan hijriyah, terutama tanggal 1 syawal yang setiap tahun selalu ramai diperbincangkan orang.
Hal penting yang dimaksud adalah garis batas penanggalan internasional(IDL=International Date Line). Bagaimana Penjelasannya?