Showing posts with label Muhasabah. Show all posts
Showing posts with label Muhasabah. Show all posts

Wednesday, October 5, 2011

Rahasia di Balik Sakit

Rahasia di Balik Sakit.Hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian, bahkan cobaan dan ujian merupakan sunatullah dalam kehidupan. Manusia akan diuji dalam kehidupannya baik dengan perkara yang tidak disukainya atau bisa pula pada perkara yang menyenangkannya.

Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.”
(QS. al-Anbiyaa’: 35)


Sahabat Ibnu ‘Abbas -yang diberi keluasan ilmu dalam tafsir al-Qur’an- menafsirkan ayat ini: “Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.”
(Tafsir Ibnu Jarir).

Dari ayat ini, kita tahu bahwa berbagai macam penyakit juga merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Namun di balik cobaan ini, terdapat berbagai rahasia/hikmah yang tidak dapat di nalar oleh akal manusia.

Sakit menjadi kebaikan bagi seorang muslim jika dia bersabar

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya.
(HR. Muslim)

Sakit akan menghapuskan dosa

Ketahuilah wahai saudaraku, penyakit merupakan sebab pengampunan atas kesalahan-kesalahan yang pernah engkau lakukan dengan hati, pendengaran, penglihatan, lisan dan dengan seluruh anggota tubuhmu. Terkadang penyakit itu juga merupakan hukuman dari dosa yang pernah dilakukan.

Sebagaimana firman Allah ta’ala, “Dan apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”
(QS. asy-Syuura: 30).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya.
(HR. Muslim)

Sakit akan Membawa Keselamatan dari api neraka

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,” Janganlah kamu mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan mengahapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi.
(HR. Muslim)

Oleh karena itu, tidak boleh bagi seorang mukmin mencaci maki penyakit yang dideritanya, menggerutu, apalagi sampai berburuk sangka pada Allah dengan musibah sakit yang dideritanya. Bergembiralah wahai saudaraku, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api Neraka.”
(HR. Al Bazzar, shohih)

Sakit akan mengingatkan hamba atas kelalaiannya

Wahai saudaraku, sesungguhnya di balik penyakit dan musibah akan mengembalikan seorang hamba yang tadinya jauh dari mengingat Allah agar kembali kepada-Nya. Biasanya seseorang yang dalam keadaan sehat wal ‘afiat suka tenggelam dalam perbuatan maksiat dan mengikuti hawa nafsunya, dia sibuk dengan urusan dunia dan melalaikan Rabb-nya.

Oleh karena itu, jika Allah mencobanya dengan suatu penyakit atau musibah, dia baru merasakan kelemahan, kehinaan, dan ketidakmampuan di hadapan Rabb-Nya. Dia menjadi ingat atas kelalaiannya selama ini, sehingga ia kembali pada Allah dengan penyesalan dan kepasrahan diri.

Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.
(QS. al-An’am: 42) yaitu supaya mereka mau tunduk kepada-Ku, memurnikan ibadah kepada-Ku, dan hanya mencintai-Ku, bukan mencintai selain-Ku, dengan cara taat dan pasrah kepada-Ku. (Tafsir Ibnu Jarir)

Terdapat hikmah yang banyak di balik berbagai musibah

Wahai saudaraku, ketahuilah di balik cobaan berupa penyakit dan berbagai kesulitan lainnya, sesungguhnya di balik itu semua terdapat hikmah yang sangat banyak. Maka perhatikanlah saudaraku nasehat Ibnul Qoyyim rahimahullah berikut ini: “Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah (yang dapat kita gali, -ed).

Namun akal kita sangatlah terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia di bawah sinar matahari.”
(Lihat Do’a dan Wirid, Yazid bin Abdul Qodir Jawas)

Ingatlah saudaraku, cobaan dan penyakit merupakan tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah ta’ala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan.”
(HR. Tirmidzi, shohih).
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami keyakinan dan kesabaran yang akan meringankan segala musibah dunia ini. Amin.

Penulis: Abu Hasan Putra
Sumber: Buletin At Tauhid edisi III/06

Sumber : Buletin Muslim

Demikian tadi sahabat sedikit mengenai Rahasia di Balik Sakit.Semoga bermanfaat sahabat

Tuesday, September 27, 2011

Akibat Kemaksiatan

Akibat Kemaksiatan.Melanjutkan postingan yang kemarin mengenai Tips Membentengi Anak Terhadap Maksiat.Maka ini adalah serialnya lanjutannya sahabat.Ini adalah postingan kelanjutan dari yang disebut di atas.

Maksiat adalah perbuatan dosa dalam bentuk zhalim (aniaya) terhadap diri sendiri. Artinya perbuatan itu sebagian besar akan merugikan diri sendiri. Maksiat seperti jurang yang setiap manusia dapat saja terjatuh di dalamnya. Ditambah lagi daya dorongnya bukan hanya berasal dari diri, tetapi juga dari waswas syetan.

Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya”
[QS Al-Hijr (15) : 39]

Sumber maksiat adalah amarah. Hal ini menghasilkan permusuhan yang parahnya bisa berujung pada perbuatan dosa besar yaitu pembunuhan. Telah kita ketahui bersama bahwa dosa besar yang pertama kali dilakukan manusia di bumi adalah pembunuhan (kisah putra nabi adam qabil dan habil). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sangat mewanti-wanti tentang amarah ini.

Abu hurairah ra. menerangkan bahwa ada seseorang lelaki berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “berilah aku nasihat”, beliau menjawab “jangan marah”, maka diulanginya beberapa kali, kemudian nabi bersabda, “jangan marah.”
[HR Bukhari].
Maka marah bisa dikategorikan sumber maksiat sahabat.

Dibawah ini adalah dampak dan akibat kemaksiatan :

1. Lemah jasmani dan ruhani, sebagaimana racun masuk ke dalam tubuh dan hati seseorang.
2. Terhalang mendapatkan ilmu. Ilmu adalah cahaya yang dimasukkan Allah ke dalam hati seorang hamba, sedangkan maksiat akan mematikan cahaya tersebut.
3. Terhalang dalam memperoleh rizki dari Allah, karena ia telah bermaksiat dengan Dzat yang memberikan rizki.
4. Hatinya akan selalu murung, tertutup dan gelap, di hadapan Allah maupun manusia.
5. Setiap urusan akan dipersulit oleh Allah, berbeda dengan orang yang bertaqwa.
6. Terhalang dalam melakukan ketaatan.
7. Mengurangi umur dan rizki serta menghilangkan keberkahannya.
8. Satu kemaksiatan akan melahirkan kemaksiatan yang lain.
9. Melemahkan keinginan berbuat baik.
10. Tidak memandang buruk suatu kemaksiatan.
11. Merupakan warisan kaum durhaka terdahulu.
12. Menyebabkan kehinaan seorang hamba.
13. Menganggap remeh perbuatan dosa.
14. Mendapat kutukan/laknat dari makhluk lain (termasuk binatang ternak).
15. Mewariskan kehinaan.
16. Merusak akal.
17. Terhalang mendapatkan do’a dari Nabi dan para Malaikat.
18. Menimbulkan kerusakan di muka bumi (longsor, gempa, dll).
19. Berdampak pada postur fisik manusia.
20. Memadamkan rasa cemburu.
21. Menghilangkan rasa malu.‘Malu adalah induk segala kebaikan.[HR Muslim,37]
22. Melemahkan hati dalam mengagungkan Allah.
23. Hilangnya kewibawaan di hadapan sesama makhluk.
24. Menyebabkan pelakunya dilupakan oleh Allah.
25. Menyebabkan lupa terhadap dirinya sendiri.
26. Mengeluarkan hamba dari sikap ihsan dan dari kebaikan.
27. Melemahkan perjalanan hati menuju Allah.
28. Menghilangkan nikmat.
29. Menimbulkan ketakutan, keterasingan dan sakitnya hati.
30. Membutakan hati dan pandangan hatinya.
31. Mengecilkan jiwa manusia.
32. Pelaku maksiat berada dalam penjara syahwatnya.
33. Menjatuhkan martabat dan kemuliaan manusia.
34. Mendatangkan celaan.
35. Menyebabkan keterputusan hubungan sesama mukmin.
36. Menjadikan rendah pelakunya.

Semoga kita bisa menjaga diri kita terhadap kemaksiatan.Karena hakekat kemaksiatan itu adalah mencelakan diri kita sendiri sahabat.

Demikian tadi sahabat sedikit mengenai Akibat Kemaksiatan.Semoga bermanfaat sahabat

Friday, August 26, 2011

PINTU DARI PINTU-PINTU SURGA

Bismillah

PINTU DARI PINTU-PINTU SURGA.Mendekati akhir Ramadhan dan Insya Allah kita akan menjumpai hari kemenangan pada 1 Syawal 1432 H dan semoga segala aktifitas kehidupan kita dan juga ibadah kita selama Ramadhan ini dicatat Allah sebagai amal kebaikan aamiin.Merupakan tradisi di Indonesia bahwa pada syawal nanti setelah selesai sholat 'Id kita saling bersilaturahmi.Baik itu silaturahmi kepada orang tua kita, saudara-saudara kita dan para tetangga kita.

Selagi kita masih diberikan nikmat Iman, sehat, dan berkumpul serta bersilaturahmi kepada ibu bapak kita, saudara kita, sahabat-sahabat kita, tetangga-tetangga kita maka marilah kita manfaatkan moment Hari Raya Idul Fithri 1 Syawal 1432 H nanti untuk bersilaturahmi sahabat, karena bersilaturahmi kepada ibu bapak, berbakti kepada ibu bapak kita termasuk dalam salah satu pintu dari pintu-pintu surga.Berkenaan dengan itu, maka silakan sahabat menyimaknya...semoga bermanfaat

Berbicara tentang berbakti kepada kedua orang tua, sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.Kebaikan apapun yang telah kita ucapkan dan yang telah kita lakukan untuk kedua orang tua kita, belumlah sebanding dengan hak mereka.


Siapa di antara kalian yang ingin menjadi lumpuh sepertiku? Aku telah tanyakan pertanyaan ini kepada banyak orang. Aku yakin, Anda tidak ingin menjadi lumpuh sepertiku ini. Kalau aku gatal, aku tidak bisa menggaruk sendiri. Aku tidak bisa menjamah makanan dan minuman di hadapanku. Aku seperti kursi, tapi kursi yang bernyawa.

Bahkan kursi mungkin lebih bermanfaat dariku. Kursi bisa diduduki untuk melepas lelah. Sedangkan aku justru membuat repot dan melelahkan orang lain. Kalau lapar dan haus, aku butuh orang untuk menyuapiku. Aku juga butuh orang untuk membersihkanku.

Pada suatu hari datanglah ke rumahku 25 anak remaja yang tidak memiliki ayah dan ibu. Mereka tinggal di satu asrama. Selesai menjengukku, mereka berpamitan untuk pulang dan keluar meninggalkan rumah. Namun ada satu anak yang masih berada di ujung pintu. Ia berbalik dan menghampiriku sambil menangis meneteskan air mata. Ia mencium tanganku dan mencium kepalaku sambil berkata, “Wahai Ustadz Abdullah, aku ingin menjadi lumpuh sepertimu.”

Aku menasehatinya agar jangan berkata sembarangan dan menjelaskan tidak enaknya menjadi orang yang lumpuh dan agar dia bersyukur dengan nikmat kesehatan yang Allah berikan. Aku penasaran dan ingin tahu apa masalah yang sedang dihadapinya sehingga ia ingin menjadi lumpuh. Aku yakin setiap manusia mempunyai problem dan masalah kehidupan yang berbeda-beda. Meskipun demikian aku pikir tidak ada seorangpun yang memilih untuk menjadi lumpuh.

Ketika aku tanyakan alasannya, anak itu menjawab, “Demi Allah, wahai Ustadz Abdullah, hendaklah Anda bersyukur kepada Allah. Sebab, meskipun Anda lumpuh tapi Anda masih memiliki ayah dan ibu. Sedangkan aku dan teman-temanku lainnya semuanya tidak memiliki ayah dan ibu. Kami tidak tahu siapa ayah kami? Kami tidak tahu siapa ibu kami, siapa paman dan bibi kami? Ketika hari raya tiba, hati kami diliputi kesedihan. Ketika manusia berkumpul dengan orang tua mereka, maka kami menangis di asrama.”

Apakah Anda bersyukur kepada Allah atas nikmat keberadaan orang tua di tengah-tengah Anda? Aku berpesan agar Anda berbakti kepada orang tuamu, karena ayah dan ibu merupakan pintu dari pintu-pintu surga. Aku mempunyai seorang teman yang bekerja sebagai petugas keamanan di panti jompo. Ia bercerita ada seseorang yang datang dengan membawa ibunya dan meninggalkannya di panti jompo karena sudah tidak sanggup untuk merawatnya.

Waktu aku dirawat di rumah sakit, ada seorang kakek dirawat terkena stroke dan lumpuh. Ia tidak bisa berjalan maupun berbicara. Keluarganya tidak ada yang menengoknya. Setahun kemudian, ia mulai bisa berjalan dan bisa berbicara. Pihak Rumah Sakit segera menelpon anaknya dan memintanya untuk menjemput ayahnya serta membawanya pulang karena keadaan ayahnya sudah membaik. Si anak mengatakan ia akan segera menjemput ayahnya. Sekian lama ditunggu oleh pihak rumah sakit ternyata belum juga dijemput meskipun sudah berkali-kali ditelpon.

Akhirnya pihak rumah sakit mengutus seseorang untuk membawa kakek tersebut ke rumah anaknya yang alamatnya sudah diketahui sebelumnya. Sesampainya di depan rumah anaknya, utusan rumah sakit mengetuk pintu rumah. Tidak lama anak kakek tersebut keluar dan melihat ayahnya datang. Namun apa yang dilakukannya? Ia menegur utusan rumah sakit, “Mengapa Anda datang membawa ayahku sekarang? Bukankah sudah kukatakan aku akan datang ke rumah sakit untuk menjemput ayahku?”

Ia segera masuk dan keluar membawa senapan untuk berburu, sambil mengarahkan moncong senapan ke kepala utusan rumah sakit dan berkata, “Bawalah lagi ayahku ke rumah sakit, atau kalau tidak peluru ini akan menembus kepalamu!”Akhirnya si kakek terjatuh kaget dan kembali menjadi lumpuh dan tidak bisa berbicara lagi. Setiap ia melihat orang lain ia menangis dan menangis. Sampai sekarang sepertinya ia masih ada di rumah sakit.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya,“Maukah aku beritahukan kepada kalian sebesarbesar dosa besar? Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, dan saksi palsu.”
Dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih Al Jamius Shaghir.

“Dua hal hukumannya disegerakan yaitu kezalimandan durhaka (kepada orang tua).”
(HR Hakim dan dimuat oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash Shahihah juz III hal 1940.)

Bagaimana seorang anak akan menemui Allah dalam keadaan durhaka kepada orang tuanya? Wahai saudara-saudaraku, aku berpesan kepada kalian agar berbakti kepada kedua orang tuamu. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah menegaskan, bahwa ridha Allah terdapat pada ridha orang tua, dan murka Allah terdapat pada murka orang tua.

(Dinukil dari buku “Saat Hidayah Menyapa” halaman 180-184, Oleh: Fariq Gasim Anuz, Penerbit: Daun Publishing)

Di Posting Ulang Dari : Fariq Gasim Anuz

Wednesday, July 13, 2011

Lezatnya Ibadah Kepada Ar-Rahman

Al Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al Atsariyyah

Aktivitas seorang ibu rumah tangga hampir tak pernah berhenti dalam sehari, sejak bangun tidur hingga tidur kembali. Melayani suami, mengasuh anak-anak, mengurus rumah dengan segala kebutuhannya adalah rutinitas yang akrab dengan dirinya. Dengan kesibukan yang ada, tak terasa hari terus bergulir, jam demi jam terlewati, malam pun kembali menjelang dan tak terasa hari pun berganti. Demikian seterusnya…

Namun disayangkan, di tengah aktivitas ini –yang sebenarnya bernilai ibadah bila dilakukan ikhlas karena Allah dan berharap pahala dari-Nya– terkadang didapatkan adanya sikap tidak bersungguh-sungguh dalam melakukan ibadah kepada Allah seperti shalat lima waktu.Sehingga dengan alasan sibuk bersama si kecil, ibadah shalat sering ditunda penunaiannya sampai hampir keluar dari waktunya.
Kalaupun dikerjakan lebih awal, dilakukan dengan penuh ketergesaan, ditambah lagi dengan ‘gangguan’ si kecil. Shalat tak lagi dirasakan kelezatannya, padahal ibadah kepada Ar-Rahman itu memiliki kelezatan bagi orang yang dapat menikmatinya.

Kelezatan Ibadah
Termasuk anugerah terbesar yang Allah berikan kepada seorang hamba adalah si hamba dapat merasakan lezatnya ibadah dengan ketenangan jiwa, kebahagiaan hati, kelapangan dada dan ketentraman yang ia peroleh ketika melaksanakan ibadah dan sesudah menunaikan ibadah. Kelezatan ini berbeda-beda tingkatannya pada setiap individu sesuai dengan kuat atau lemahnya iman. Kelezatan ini dapat diperoleh bila ditempuh sebab-sebabnya dan dapat hilang bila hilang pula sebabnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((وَ جُعِلََ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلاَةِِِ))

“Dan dijadikan penyejuk mataku di dalam shalat.”
(HR. An-Nasai, dihasankan Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad, 1/82)

Beliau memberikan pernyataan seperti ini karena beliau mendapatkan kelezatan dan kebahagiaan hati ketika mengerjakan shalat. Panjangnya shalat malam beliau merupakan satu bukti tentang kelezatan yang beliau peroleh tatkala bermunajat kepada Rabb-nya.

Menjelang wafat, Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu menangis. Namun ia bukan menangisi ajal yang akan menjemputnya. Dengarkanlah sebab tangisnya:

إِنَّمَا أَبْكِي عَلَى ظَمَأِ الْهَوَاجِرِ وَ قِيَامِ لَيْلِ الشِّتَاءِ وَ مُزَاحَمَةِ الْعُلَمَاءِ بِالرُّكَبِ عِنْدَ خَلْقِ الذِّكْرِ

“Aku menangis hanyalah karena aku tidak akan merasakan lagi rasa dahaga (orang yang berpuasa) ketika hari sangat panas, bangun malam untuk melaksanakan shalat di musim yang dingin dan berdekatan dengan orang-orang yang berilmu saat bersimpuh di halaqah dzikir.”

Sebab-sebab mencapai lezatnya ibadah
Ada beberapa sebab untuk mendapatkan lezatnya beribadah kepada Ar-Rahman, di antaranya:

1. Bersungguh-sungguh untuk taat kepada Allah hingga jiwa dapat merasakan lezatnya ibadah
Dan tentunya hal ini membutuhkan kesabaran dengan terus memaksa jiwa berjalan di atas ketaatan. Awalnya memang sulit, namun seperti kata seorang penyair Arab:

لَأَسْتَسْهِلَنَّ الصَّعْبَ أَوْ أُدْرِكَ الْمنَى
فَمَا انْقَادَتِ الآمَلُ إِلاَّ لِصَابِر

“Sungguh-sungguh aku akan menganggap mudah kesulitan itu hingga diperoleh apa yang kuinginkan dan kuharapkan
Tak kan tunduk harapan itu kecuali kepada orang yang sabar.”

2. Meninggalkan banyak makan, minum, berbicara dan memandang tanpa ada keperluan
Sepantasnya seorang muslim tidak berlebihan dalam makanan dan minuman, namun sekadar dapat menegakkan tulangnya, untuk membantunya untuk menunaikan ibadah dan beramal. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

(يا بني آدم خذوا زينتكم عند كل مسجد و كلوا واشربوا و لا تسرفوا إنه لا يحب المسرفين)

“Wahai anak-anak Adam, kenakanlah perhiasan kalian setiap kali menuju ke masjid. Makanlah kalian dan minumlah namun jangan berlebih-lebihan/ melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
(Al-A’raf: 31)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((كُلُوا وَ اشْرَبوا وَ الْبَسوا وَ تَصَدَّقُوا فِي غَيْرِ إسَرافٍ وَ لاَ مخيلَةٍ))

“Makan, minum dan berpakaian serta bersedekahlah kalian tanpa berlebih-lebihan dan tanpa takabbur.”
(HR. Al-Bukhari)

Karena itulah kita dapat melihat, orang yang perutnya penuh dengan makanan maka ia akan malas mengerjakan shalat. Tidaklah ia bangkit menunaikannya kecuali laksana ia digiring dengan terbelenggu. Bila ia masuk di dalam shalat, ia menanti-nanti saat imam mengucapkan assalamu ‘alaikum wa rahmatullah.

Namun jangan dipahami bahwa seseorang itu harus mengurangi makan dan minumnya hingga bermudharat bagi tubuhnya, yang akibatnya akan terluput darinya kemaslahatan ukhrawi dan duniawi, sebagaimana perbuatan orang-orang yang tenggelam dalam sikap ghuluw (ekstrim).

Seorang muslim juga harus mengontrol ucapan lisannya dan mempersedikit berbicara, sebaliknya ia menyibukkan lisannya dengan berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, amar ma’ruf nahi mungkar dan berdakwah mengajak manusia ke jalan yang benar. Dibolehkan seseorang berucap dengan pembicaraan yang mubah selama tidak berlebihan hingga pada akhirnya membuat hati menjadi keras dan kaku.

Adapun maksud membatasi pandangan adalah membatasinya dari memandang apa yang diharamkan ataupun dimakruhkan, seperti melihat surat kabar dan majalah yang di dalamnya memampang gambar-gambar yang memancing dan mengobarkan syahwat serta membawa kepada kehinaan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

( إن السمع و البصر و الفؤاد كل أولئك كان عنه مسئولا)

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan ditanya kelak di hadapan Allah.”
(Al-Isra: 36)

3. Memperbaiki makanan, minuman dan penghidupan

Seorang hamba perlu memperhatikan makanan, minuman dan penghidupannya. Janganlah ia masukkan ke dalam perutnya kecuali makanan dan minuman yang halal lagi baik (halalan thayyiban). Demikian pula dari penghidupannya yang lain, karena makanan, minuman dan penghidupan dari hasil yang haram dapat menghalangi seorang hamba dari kebaikan dengan terhalangnya pengabulan doanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

((إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا,وَ إِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ, فَقَالَ تَعَالَى : (يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَ اعْمَلُوْا صَالِحًا). وَ قَالَ تَعَالَى: (يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أمَنُوْا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتٍ مَا رَزَقْنَاكُمْ . ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَقُوْلُ : يَا رَبُّ يَا رَبُّ وَ مَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَ مَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَ مَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَ غُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنىَّ يُسْتَجَابُ له))

“Sesungguhnya Allah itu Maha Baik, Dia tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kaum mukminin dengan apa yang Dia perintahkan kepada para rasul. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: (Wahai para rasul, makanlah makanan yang baik dan beramal shalihlah). Dan Dia berfirman: (Wahai orang-orang yang beriman, makanlah makanan yang baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian). Kemudian Rasulullah menceritakan tentang seorang lelaki yang telah menempuh perjalanan yang panjang, dalam keadaan rambutnya kusut masai lagi berdebu. Ia menengadahkan tangannya ke langit seraya menyeru: Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku. Sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan ia dihidupi dari yang haram, lalu bagaimana mungkin doanya akan dipenuhi.”
(HR. Muslim)

4. Menjauhkan diri dari perbuatan dosa, yang kecil terlebih lagi yang besar.

Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah pernah berkata: “Aku tercegah untuk melaksanakan shalat malam karena satu dosa yang kuperbuat.”
Ketika Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah duduk di hadapan Al-Imam Malik rahimahullah guna memperdengarkan bacaannya, Al-Imam Malik kagum dengan kecerdasan, kepandaian dan sempurnanya pemahaman Al-Imam Asy-Syafi’i. Al-Imam Malik pun berkata: “Aku berpendapat bahwa Allah telah meletakkan di hatimu cahaya maka jangan engkau padamkan cahaya itu dengan kegelapan maksiat.”

Terhalang dari lezatnya ibadah

Di antara satu tanda yang jelas dari sekian tanda terhalangnya seseorang dari nikmatnya ibadah adalah ia merasa berat untuk melaksanakan ibadah seperti shalat, sehingga kalaupun ia shalat maka ia bangkit dalam keadaan malas seakan-akan ia digiring kepada kematian sementara ia melihat kematian itu di depan matanya. Kita lihat ketika shalat ia seperti ayam yang mematuk-matuk makanannya, begitu cepat selesainya.

Seandainya orang ini merasakan lezatnya shalat niscaya ia akan bersegera mengerjakannya. Ia akan memperbaiki shalatnya dan seselesainya shalat, ia sibukkan dirinya dengan wirid-wirid dan dzikir-dzikir. Namun memang hati yang terpaut dengan dunia merasa berat dan sulit untuk melakukannya. Kita mohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala keselamatan dan ampunan sebagaimana kita berharap taufiq dan hidayah-Nya. Wallahu ta‘ala a‘lam bish-shawab.

Sumber : www.majalahsyariah.com

Thursday, July 7, 2011

Tangisan Seorang Mukmin

Al-Ustadz Zainul Arifin

Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullaah berkata:“Barangsiapa yang ilmunya membuat dia menangis, maka dia seorang yang alim.”

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

إِنَّ الَّذَينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلأَذْقَانِ سُجَّدًا

“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkurkan muka mereka sambil bersujud.” (Al-Israa’: 107)
Dan Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا

“Apabila dibacakan ayat-ayat Ar-Rahman (Dzat Yang Maha Pemurah) kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan sujud dan menangis.”
(Maryam: 58)
(Mawa’izh lil Imam Sufyan Ats-Tsauri, hal. 132-133)

Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullaah berkata:

“Andai seorang menangis pada sekumpulan manusia karena takut kepada Allah, niscaya mereka dirahmati semuanya.”

“Tidak ada satu amalan pun kecuali ada timbangannya yang jelas kecuali menangis karena takut kepada Allah. Allah tidak membatasi sedikit pun nilai dari setiap tetes air matanya.”

Dan beliau juga berkata: “Tidaklah seseorang menangis kecuali hatinya menjadi saksi akan kebenaran atau kedustaan dia.”
(Mawa’izh lil Imam Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal. 109)

‘Abdul Karim bin Rasyid rahimahullaah berkata:
Aku pernah berada di majelis Al-Hasan Al-Bashri, kemudian ada yang menangis dengan mengeraskan tangisannya. Maka Al-Hasan berkata: “Sesungguhnya sekarang setan telah membuat orang ini menangis.”
(Mawa’izh lil Imam Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal. 152)

Al-Imam Fudhail bin ‘Iyyadh rahimahullaah berkata:

“Menangis itu bukanlah dengan tangisan mata (saja). Akan tetapi dengan menangisnya hati. Sungguh, ada seseorang yang terkadang kedua matanya menangis sementara hatinya mengeras. Karena tangisan seorang munafiq adalah dengan kepalanya bukan dengan hatinya.”
(Mawa’izh lil Imam Imam Al-Fudhail bin ‘Iyyadh, hal. 54)

(Dinukil dari Majalah Asy Syariah, Vol. I/No. 11/1425H/2004, judul: Tangisan Seorang Mukmin, kategori: Permata Salaf, hal. 1, untuk almuslimah.co.nr

Wednesday, June 22, 2011

Jika PNS Korupsi Waktu

Syekh Abdul Muhsin bin Nashir Alu ‘Ubaikan mengutip perkataan Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah yang mengatakan, “Gaji yang diambilkan dari baitul mal (baca: kas negara) bukan merupakan 'iwadh (kompensasi) maupun ujrah (upah dalam transaksi ijarah alias jual beli jasa), namun statusnya adalah rizq (pemberian) untuk membantu PNS (Pegawai Negeri Sipil) agar bisa taat kepada Allah. Dengan demikian, siapa saja PNS yang bekerja ikhlas karena Allah maka dia akan diberi pahala, sehingga gaji yang dia dapatkan dari kas negara adalah rizq yang bisa membantunya untuk tetap bisa taat. Demikian pula, harta yang didapatkan dari harta wakaf untuk kegiatan-kegiatan kebaikan, harta yang didapatkan karena wasiat, dan harta yang didapatkan dari nazar, seluruhnya tidaklah berstatus sebagai ujrah.” (Al-Fatawa Al-Kubra, juz 4, hlm. 413--414, cetakan Darul Qalam)

Setelah itu, Syekh Abdul Muhsin Alu Ubaikan mengatakan, “Seorang PNS yang bersikap seenaknya terhadap kewajiban jam kantor atau jam kerja, kemudian dia bertobat, apakah dia memiliki kewajiban untuk mengembalikan sebagian dari gajinya yang sebanding dengan jam kerja yang dia korupsi?


Perkataan Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah di atas menunjukkan bahwa PNS tersebut tidaklah memiliki kewajiban semacam itu karena status hukum dari gaji PNS adalah rizq, bukan ujrah, bukan pula 'iwadh. Akan tetapi, korupsi waktu yang dia lakukan merupakan dosa besar sehingga dia wajib bertobat kepada Allah dan meningkatkan kesungguhan dan etos kerjanya untuk mengganti waktu kerja yang dia korupsi.

Pemahaman dan pendapat saya yang semacam ini telah saya sodorkan kepada guru kami, 'Allamah Abdullah bin Muhammad bin Humaid, mantan Kepala Majelis Al-Qadha’ Al-A’la, Kerajaan Saudi Arabia. Beliau menyetujui pendapat dan pemahaman semacam ini. Di majelis tersebut juga terdapat Syekh 'Allamah Hamud At-Tuwaijiri, dan beliau juga tidak membantah pendapat di atas.”

Keterangan: Penjelasan Syekh Abdul Muhsin Al-Ubaikan di atas bisa di baca di situs beliau al-obeikan.com

www.PengusahaMuslim.com

Friday, June 10, 2011

5 Tips Jitu Berdakwah di Facebook

Saat ini facebook adalah situs jejaring sosial yang paling populer di Indonesia. Menurut data yang bersumber dari checkfb.com, Indonesia berada di peringkat ke-7 jumlah pengguna facebook terbanyak di dunia dan kedua di Asia dengan jumlah 11.759.980 pengguna per minggu, 8 November 2009 pukul 05.30 WIB. [1]

Sayangnya, masih sedikit sekali kaum muslimin yang memanfaatkan facebook untuk berdakwah. Pada umumnya, aktivitas pengguna facebook tidak terlalu bermanfaat khususnya untuk kehidupan akhirat, seperti update status, mengomentari status teman, wall to wall, bertukar graffiti, dll.
“Di antara kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya.”
(HR. Tirmidzi)

Syaikh Ibnu Utsaimin berkata : Manusia semestinya meninggalkan apa yang tidak berguna baginya, baik dalam urusan dunia maupun akhiratnya. Karena hal itu lebih memelihara waktunya, lebih selamat untuk agamanya, dan lebih mudah untuk menutupi kekurangannya. Seandainya ia campur tangan dalam berbagai urusan manusia yang tidak berguna baginya niscaya ia penat. Tetapi jika ia berpaling darinya dan tidak sibuk kecuali pada apa yang berguna baginya, maka itu menjadi ketentraman dan ketenangan baginya.

“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna.“
(QS. Al-Mu’minun 1-3)
Yaitu orang yang berpaling dari setiap yang tidak bermanfaat baginya, dari perkataan yang hina seperti berkata dusta, senda gurau, dan mencela.[2]

Lalu, apa saja yang bisa kita lakukan agar aktivitas facebook kita menjadi lebih bermanfaat ? Baiklah, ada 5 tips sederhana yang bisa kita lakukan, yaitu :


1. Mengupdate status dan membuat signature dengan ayat Al-Qur’an dan Hadits

Al-Qur’an dan Sunnah adalah pedoman hidup umat islam. Alangkah baiknya jika status yang kita update dan signature yang kita buat berisi dua hal tersebut.

Rasulullah SAW bersabda :“Telah aku tinggalkan dua hal untuk kalian, yang kalian tidak akan pernah tersesat setelahnya selama kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitabullah dan sunnahku. Dan kalian tidak akan pernah berpisah sampai kalian menemui telagaku (di hari kiamat kelak).”
(Dikeluarkan oleh Imam Malik dan Hakim, dan beliau menshahihkannya)

Ketika kita memperbarui status atau menyisipkan signature saat mengomentari pesan dinding atau membalas pesan maka teman yang melihat profil kita pun akan membaca ayat Al-Qur’an atau Hadits yang kita cantumkan. Mungkin tanpa kita sadari, diantara teman-teman yang telah membaca status/signature kita, ada yang mendapat hidayah dari Allah SWT untuk mengamalkan apa yang telah mereka baca dalam kehidupan sehari-hari. Maka kita pun akan menjadi orang-orang yang mendapatkan keberuntungan dan kemuliaan atas apa yang telah kita lakukan.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi :“Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun…”
(HR. Muslim)


2. Membuat grup

Apabila kita ingin berdakwah dengan jumlah objek dakwah yang banyak, membuat grup adalah pilihan yang tepat. Hal ini disebabkan oleh fitur-fitur yang disediakan sangatlah mendukung. Grup seperti apa yang bisa kita buat? Sebagai contoh, kita berdomisili di Jakarta Timur maka kita bisa membuat grup Muslim Jakarta Timur. Di grup ini, kita bisa mengundang semua teman yang kita miliki, tidak terkecuali non muslim (karena ada kemungkinan mereka mendapatkan hidayah islam).

Lalu, kita bisa memanfaatkan fitur forum diskusi untuk membuat topik yang berjudul konsultasi syari’ah (bekerjasama dengan ustadz) sehingga para anggota grup dapat berkonsultasi dengan ustadz yang bersangkutan. Selanjutnya, sebagai seorang admin grup kita juga bisa mengirimkan pesan yang berisi artikel islami, link download e-book, audio, video, software islami gratis, dll (Referensi situs download content islam gratis disini) ke seluruh anggota grup.


3. Membuat note

Kita bisa memanfaatkan note sebagai media dakwah dengan cara menulis artikel lalu membagikannya kepada teman-teman kita. Namun, apabila kita belum memiliki kemampuan untuk menulis artikel islami sendiri, kita dapat menyalin artikel dari website para ustadz dengan mencantumkan link sumber artikel.


4. Memberi nasihat kepada teman yang sedang berulang tahun

Pada umumnya, kalimat yang paling sering diucapkan kepada teman yang sedang berulang tahun adalah “Happy birthday, happy bornday, wish u all the best, dsb”.

Sebagai seorang muslim hendaknya kita memberi nasihat yang lebih bermanfaat seperti :“Allah tidak akan menunda(kematian) seseorang apabila waktu kematiaanya telah datang. Dan Allah Mahateliti atas apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Munafiquun 11)

“Yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk menghadapi kematian, mereka itulah orang yang cerdas lagi berakhlak yang baik.”
(HR. Muslim)

Sehingga mereka akan sadar betapa umurnya semakin berkurang dan pentingnya mengevaluasi perbuatan yang telah dilakukan.


5. Memberikan undangan majelis ilmu

Rasulullah SAW bersabda,“Apabila kalian berjalan melewati taman-taman surga, perbanyaklah berdzikir.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman surga itu?” Beliau menjawab, “Yaitu halaqah-halaqah dzikir(majelis ilmu).”
(HR. Tirmidzi)

Subhanallah, betapa dahsyatnya majelis ilmu. Oleh karena itu, apabila kita memiliki informasi tentang majelis ilmu maka undanglah teman-teman kita untuk hadir di taman-taman surga tersebut dengan memanfaatkan fasilitas aplikasi acara di facebook.

Wahai saudaraku!

Jika kamu menjumpai kekurangan, maka tutuplah celahnya. Mahaagung Dzat yang tidak memiliki aib dan Mahatinggi.

Wallahu’alam bishshowab

Sumber:
1. www.checkfb.com
2. Tafsir Maraaghi (VI/268), DAR al- KOTOB al-ILMIYAH Beirut

Di Posting Ulang Dari :ibnujohar.wordpress.com