Kisah Anak Durhaka Kepada Ayahnya. -- Setelah postingan tentang rumah mempunyai adab maka untuk hari ini kita akan belajar tentang bersama mengenai kisah anak durhaka kepada ayahnya dan semoga kita bisa mengambil ibrah dari kisah ini dan semoga bisa berguna serta bermanfaat sahabat...Sebelumnya sahabat bisa membaca artikel yang ini juga untuk jadi referensi sahabat jangan durhaka kepada orang tua
Kisah anak durhaka kepada ayahnya ini menggambarkan perihal kerasnya hati seorang anak dan durhakanya ia kepada kedua orang tuanya. Sungguh, ia pasti akan mendapatkan hukuman di dunia sebelum ia mendapatkan sanksi di akhirat kelak.
Pada suatu ketika, ada seorang anak yang mendesak ayahnya yang hanya berstatus sebagai pedagang ‘ishomi, yakni pedagang yang tidak mewarisi harta benda, namun mencari permodalan sendiri, agar sang ayah mau menikahkannya dengan gadis yang sudah ia kenal dibangku perguruan tinggi.
Namun, ayahnya ternyata tidak setuju jika ia menikahi gadis itu, lantaran ia khawatir bila pernikahannya akan berakhir dengan kegagalan (tidak harmonis), sebab ia telah mengetahui karakter gadis yang hendak diperistri putranya itu.
Karena begitu keras kepalanya anak itu, akhirnya sang ayah pun menuruti permintaannya. Tak berhenti sampai disitu saja, anaknya juga meminta ayahnya agar mau membelikan rumah untuknya. Mendengar permintaan anaknya itu, lalu sang ayah menyarankan agar putranya membeli rumah yang besar, agar ia dan istrinya bisa menempati lantai atas, sedangkan ayah dan ibunya akan menempati lantai bawah saja.
Sesuai saran sang ayah, maka dibelilah rumah itu. Mereka semua akhirnya tinggal di rumah baru itu. Tak lama kemudian sang ibu wafat, maka tinggallah sang ayah sendirian, tanpa ada seorang pun yang mengurusinya dan memenuhi kebutuhan hidupnya, padahal usianya telah mencapai tujuh puluh tahun.
Setiap kali anak yang durhaka itu lewat bersama istrinya, ia melemparkan sisa-sisa makanan kepada ayahnya, layaknya binatang ternak. Akibat perbuatannya itu, maka tempat kediaman ayahnya menjadi semakin kotor, tanpa ada yang membersihkannya, sehingga ia pun terserang berbagai macam penyakit. Ketika sakitnya semakin parah, sang ayahpun meminta agar anaknya mau membawanya ke dokter, namun anak yang durhaka itu selalu menolak dan menolak. Sedangkan istri anak durhaka itu terus mendorong suaminya agar mengusir ayahnya dari rumah, sehingga ia bisa menguasai itu sepenuhnya.
Pada suatu malam yang dingin, sang anak hendak menemui ayahnya. Ia tak mendengar apapun dari ayahnya selain batuk yang tiada henti. Penyakit demam yang dideritanya seakan terus saja menggerogoti tubuhnya yang kerempeng itu. Sedangkan bau tak sedap senantiasa menyengat dari pakaiannya yang belum diganti lebih dari sebulan.
Anak durhaka itu benar-benar nekad melakukan perbuatan yang sangat tidak beradab! Setelah puas memakinya, mencacinya dan menendangnya, ia membungkus tubuh ayahnya dengan selimut, lalu melemparkannya keluar rumah.
Saat orang-orang selesai dari melaksanakan sholat subuh, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan tergeletaknya sesosok jasad manusia yang terbungkus selimut di dekat bangunan besar. Tubuhnya telah membeku, lantaran udara sangat dingin dan hujan begitu deras. Ketika mereka membuka bungkusan selimut itu, mereka mendapatkan sesosok jasad yang sudah tidak bernyawa lagi, dimana darah keluar dari hidungnya dan membeku di kumis dan mulutnya.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh pihak kepolisian, terungkaplah pelaku pembunuhan laki-laki yang mereka temukan itu. Dan pelakunya yang ternyata anaknya sendiri digiring ke kantor polisi. Sesudah proses pengadilan, ia di vonis dengan hukuman penjara dua puluh tahun, padahal ketika itu istrinya sedang hamil satu bulan.
Anak durhaka itu pun melewati masa-masa dalam penjara secara sempurna. Sesudah habis masa hukuman yang panjang itu, istrinya ingin membuat kejutan pada suaminya dengan mempertemukan anaknya yang sudah berusia dua puluh tahun, yang tidak pernah dilihatnya selama ini. Di dekat pintu penjara sang istri bersama anaknya menunggu di dalam mobil yang dikendarai oleh anaknya yang sangat rindu ingin bertemu dengan sang ayah.
Ketika sang ibu melihat suaminya sedang keluar dari pintu, maka sang ibu pun menyuruh anaknya untuk menghampiri sang ayah dengan mobil. Namun, lantaran begitu gembiranya sang anak yang akan bertemu dengan ayahnya, ia keliru menekan gas, padahal ia hendak menginjak rem, hingga menyebabkan ayahnya tertabrak oleh mobilnya sendiri. Ketika sang anak turun dari mobil,ayahnya sudah tergeletak dengan wajah tertelungkup ke tanah, sedangkan darah mengucur dari hidung dan mengalir ke mulutnya.
Pemandangan itu persis seperti kematian kakeknya lantaran ulah ayahnya dulu, yang saat ini sedang ia saksikan di bawah roda mobilnya. Menggenaskan!
[Surat Kabar al-Anba’, edisi 15-7-1995M dan Qoshosh minal Waqi’, Jil.1]
Sumber: Disalin ulang dari buku “Tangannya Menjadi Lumpuh”, Fathurrohman Muhammad Jamil, Hal.24-28, Penerbit Mumtaza.
Sumber : alQiyamah - Moslem Weblog
Demikian tadi sahabat sedikit mengenai kisah anak durhaka kepada ayahnya.Semoga kita bisa mengambil ibrah dari kisah ini dan semoga pula bermanfaat sahabat
Showing posts with label Kisah. Show all posts
Showing posts with label Kisah. Show all posts
Thursday, October 13, 2011
Saturday, August 6, 2011
Akhir Kehidupan yang Menghinakan Nabi Palsu Mirza Ghulam Ahmad
Al Ustadz Qomar ZA
Ajaran Ahmadiyah banyak mendapat penentangan dari para ulama di India. Di antara ulama yang terdepan menentangnya adalah Asy-Syaikh Tsana’ullah Al-Amru Tasri. Karena geram, Ghulam Ahmad akhirnya mengeluarkan pernyataan pada tanggal 15 April 1907 yang ditujukan kepada Asy-Syaikh Tsana’ullah. Di antara bunyinya:
“…Engkau selalu menyebutku di majalahmu (‘Ahlu Hadits’) ini sebagai orang terlaknat, pendusta, pembohong, perusak… Maka aku banyak tersakiti olehmu… Maka aku berdoa, jika aku memang pendusta dan pembohong sebagaimana engkau sebutkan tentang aku di majalahmu, maka aku akan binasa di masa hidupmu. Karena aku tahu bahwa umur pendusta dan perusak itu tidak akan panjang… Tapi bila aku bukan pendusta dan pembohong bahkan aku mendapat kemuliaan dalam bentuk bercakap dengan Allah, serta aku adalah Al-Masih yang dijanjikan maka aku berdoa agar kamu tidak selamat dari akibat orang-orang pendusta sesuai dengan sunnatullah.
Aku umumkan bahwa jika engkau tidak mati semasa aku hidup dengan hukuman Allah yang tidak terjadi kecuali benar-benar dari Allah seperti mati dengan sakit tha’un, atau kolera berarti AKU BUKAN RASUL DARI ALLAH…
Aku berdoa kepada Allah, wahai penolongku Yang Maha Melihat, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Berilmu, Yang mengetahui rahasia qalbu, bila aku ini adalah pendusta dan perusak dalam pandangan-Mu dan aku berdusta atas diri-Mu malam dan siang hari, ya Allah, maka matikan aku di masa hidup Ustadz Tsana`ullah. Bahagiakan jamaahnya dengan kematianku –Amin–.
Wahai Allah, jika aku benar dan Tsana`ullah di atas kesalahan serta berdusta dalam tuduhannya terhadapku, maka matikan dia di masa hidupku dengan penyakit-penyakit yang membinasakan seperti tha’un dan kolera atau penyakit-penyakit selainnya….
Akhirnya, aku berharap dari Ustadz Tsana`ullah untuk menyebarkan pernyataan ini di majalahnya. Kemudian berilah catatan kaki sekehendaknya. Keputusannya sekarang di tangan Allah.
Penulis, hamba Allah Ash-Shamad, Ghulam Ahmad, Al-Masih Al-Mau’ud. Semoga Allah memberinya afiat dan bantuan. (Tabligh Risalat juz 10 hal. 120)
Apa yang terjadi? Setelah berlalu 13 bulan 10 hari dari waktu itu, justru Ghulam Ahmad yang diserang ajal. Doanya menimpa dirinya sendiri.
Putranya Basyir Ahmad menceritakan: Ibuku mengabarkan kepadaku bahwa Hadrat (Ghulam Ahmad) butuh ke WC langsung setelah makan, lalu tidur sejenak. Setelah itu butuh ke WC lagi. Maka dia pergi ke sana 2 atau 3 kali tanpa memberitahu aku. Kemudian dia bangunkan aku, maka aku melihatnya lemah sekali dan tidak mampu untuk pergi ke ranjangnya. Oleh karenanya, dia duduk di tempat tidurku. Mulailah aku mengusapnya dan memijatnya. Tak lama kemudian, ia butuh ke WC lagi. Tetapi sekarang ia tidak dapat pergi ke WC, karena itu dia buang hajat di sisi tempat tidur dan ia berbaring sejenak setelah buang hajat. Kelemahan sudah mencapai puncaknya, tapi masih saja hendak buang air besar. Diapun buang hajatnya, lalu dia muntah. Setelah muntah, dia terlentang di atas punggungnya, dan kepalanya menimpa kayu dipan, maka berubahlah keadaannya.” (Siratul Mahdi hal. 109 karya Basyir Ahmad)
Mertuanya juga menerangkan: “Malam ketika sakitnya Hadhrat (Ghulam Ahmad), aku tidur di kamarku. Ketika sakitnya semakin parah, mereka membangunkan aku dan aku melihat rasa sakit yang dia derita. Dia katakan kepadaku, ‘Aku terkena kolera.’ Kemudian tidak bicara lagi setelah itu dengan kata yang jelas, sampai mati pada hari berikutnya setelah jam 10 pagi.” (Hayat Nashir Rahim Ghulam Al-Qadiyani hal. 14)
Pada akhirnya dia mati tanggal 26 Mei 1908.
Sementara Asy-Syaikh Tsana`ullah tetap hidup setelah kematiannya selama hampir 40 tahun. Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’ala singkap tabir kepalsuannya dengan akhir kehidupan yang menghinakan, sebagaimana dia sendiri memohonkannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kini siapa yang sadar dan bertobat setelah tersingkap kedustaannya?
Untuk yang ingin lebih mengetahui siapa itu Nabi Palsu Mirza Ghulam Ahmad bisa di baca di Muhasabah Yang Berjudul : Siapakah Mirza Ghulam Ahmad
Wallahu a’lam bish-shawab.
Judul Asli: Akhir Kehidupan yang Menghinakan
Sumber: www.asysyariah.com
Ajaran Ahmadiyah banyak mendapat penentangan dari para ulama di India. Di antara ulama yang terdepan menentangnya adalah Asy-Syaikh Tsana’ullah Al-Amru Tasri. Karena geram, Ghulam Ahmad akhirnya mengeluarkan pernyataan pada tanggal 15 April 1907 yang ditujukan kepada Asy-Syaikh Tsana’ullah. Di antara bunyinya:
“…Engkau selalu menyebutku di majalahmu (‘Ahlu Hadits’) ini sebagai orang terlaknat, pendusta, pembohong, perusak… Maka aku banyak tersakiti olehmu… Maka aku berdoa, jika aku memang pendusta dan pembohong sebagaimana engkau sebutkan tentang aku di majalahmu, maka aku akan binasa di masa hidupmu. Karena aku tahu bahwa umur pendusta dan perusak itu tidak akan panjang… Tapi bila aku bukan pendusta dan pembohong bahkan aku mendapat kemuliaan dalam bentuk bercakap dengan Allah, serta aku adalah Al-Masih yang dijanjikan maka aku berdoa agar kamu tidak selamat dari akibat orang-orang pendusta sesuai dengan sunnatullah.
Aku umumkan bahwa jika engkau tidak mati semasa aku hidup dengan hukuman Allah yang tidak terjadi kecuali benar-benar dari Allah seperti mati dengan sakit tha’un, atau kolera berarti AKU BUKAN RASUL DARI ALLAH…
Aku berdoa kepada Allah, wahai penolongku Yang Maha Melihat, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Berilmu, Yang mengetahui rahasia qalbu, bila aku ini adalah pendusta dan perusak dalam pandangan-Mu dan aku berdusta atas diri-Mu malam dan siang hari, ya Allah, maka matikan aku di masa hidup Ustadz Tsana`ullah. Bahagiakan jamaahnya dengan kematianku –Amin–.
Wahai Allah, jika aku benar dan Tsana`ullah di atas kesalahan serta berdusta dalam tuduhannya terhadapku, maka matikan dia di masa hidupku dengan penyakit-penyakit yang membinasakan seperti tha’un dan kolera atau penyakit-penyakit selainnya….
Akhirnya, aku berharap dari Ustadz Tsana`ullah untuk menyebarkan pernyataan ini di majalahnya. Kemudian berilah catatan kaki sekehendaknya. Keputusannya sekarang di tangan Allah.
Penulis, hamba Allah Ash-Shamad, Ghulam Ahmad, Al-Masih Al-Mau’ud. Semoga Allah memberinya afiat dan bantuan. (Tabligh Risalat juz 10 hal. 120)
Apa yang terjadi? Setelah berlalu 13 bulan 10 hari dari waktu itu, justru Ghulam Ahmad yang diserang ajal. Doanya menimpa dirinya sendiri.
Putranya Basyir Ahmad menceritakan: Ibuku mengabarkan kepadaku bahwa Hadrat (Ghulam Ahmad) butuh ke WC langsung setelah makan, lalu tidur sejenak. Setelah itu butuh ke WC lagi. Maka dia pergi ke sana 2 atau 3 kali tanpa memberitahu aku. Kemudian dia bangunkan aku, maka aku melihatnya lemah sekali dan tidak mampu untuk pergi ke ranjangnya. Oleh karenanya, dia duduk di tempat tidurku. Mulailah aku mengusapnya dan memijatnya. Tak lama kemudian, ia butuh ke WC lagi. Tetapi sekarang ia tidak dapat pergi ke WC, karena itu dia buang hajat di sisi tempat tidur dan ia berbaring sejenak setelah buang hajat. Kelemahan sudah mencapai puncaknya, tapi masih saja hendak buang air besar. Diapun buang hajatnya, lalu dia muntah. Setelah muntah, dia terlentang di atas punggungnya, dan kepalanya menimpa kayu dipan, maka berubahlah keadaannya.” (Siratul Mahdi hal. 109 karya Basyir Ahmad)
Mertuanya juga menerangkan: “Malam ketika sakitnya Hadhrat (Ghulam Ahmad), aku tidur di kamarku. Ketika sakitnya semakin parah, mereka membangunkan aku dan aku melihat rasa sakit yang dia derita. Dia katakan kepadaku, ‘Aku terkena kolera.’ Kemudian tidak bicara lagi setelah itu dengan kata yang jelas, sampai mati pada hari berikutnya setelah jam 10 pagi.” (Hayat Nashir Rahim Ghulam Al-Qadiyani hal. 14)
Pada akhirnya dia mati tanggal 26 Mei 1908.
Sementara Asy-Syaikh Tsana`ullah tetap hidup setelah kematiannya selama hampir 40 tahun. Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’ala singkap tabir kepalsuannya dengan akhir kehidupan yang menghinakan, sebagaimana dia sendiri memohonkannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kini siapa yang sadar dan bertobat setelah tersingkap kedustaannya?
Untuk yang ingin lebih mengetahui siapa itu Nabi Palsu Mirza Ghulam Ahmad bisa di baca di Muhasabah Yang Berjudul : Siapakah Mirza Ghulam Ahmad
Wallahu a’lam bish-shawab.
Judul Asli: Akhir Kehidupan yang Menghinakan
Sumber: www.asysyariah.com
Subscribe to:
Posts (Atom)