Saturday, February 19, 2011

PELUANG MENDEKATI ALLAH S.W.T


JANGAN MENANTIKAN SELESAI SEGALA HALANGAN, KARENA YANG DEMIKIAN ITU AKAN MENGHALANGI KAMU DARI MENDEKATI ALLAH S.W.T MELALUI SESUATU YANG AKAN ENGKAU DIDUDUKKAN DI DALAMNYA.

Setelah merenung  Hikmah yang lalu kita telah menyimak dan menghayati persoalan  Qadar secara terperinci hingga kepada batas hembusan satu nafas. Qadar membawa kepada kita kejadian, suasana, rupa bentuk, nama-nama dan lain-lain. Masing-masing menarik hati kita kepadanya. Apa saja yang  menarik hati menjadi penghalang untuk kita mendekati Allah s.w.t. Oleh sebab perjalanan Qadar tidak akan berhenti maka perwujudan akan halangan-halangan juga tidak akan habis. Jika kita lemas di dalam lautan Qadar, pandangan kita disilaukan oleh warna-warnanya dan kita dimabukkan oleh gelombangnya, maka selama-lamanya kita akan terhijab dari Allah s.w.t. 

Tujuan kita beriman kepada Qadha dan Qadar bukanlah untuk kita lemas di dalam lautannya. Kita hendaklah mengikuti desiran ombak dan tiupan angin sambil perhatian kita tertuju kepada daratan, bukan membiarkan diri kita terkubur di dasar laut. Ketika menghadapi ombak Qadar kita hendaklah menjaga perahu yang kita naiki. Perahu tersebut adalah terbagi dua, ada perahu asbab atau perahu tajrid. Jika kita menaiki perahu asbab kita perlu berdayung dan menjaga kemudinya sesuai mengikuti perjalanan sebab musabab. Jika kita berada dalam perahu tajrid kita akan ditolak oleh kuasa tajrid tetapi kita masih perlu mengawal kemudinya agar tidak lari dari daratan yang dituju.

Setiap Qadar yang sampai kepada kita membawa kita memasuki ruang dan waktu. Pada setiap ruang dan waktu yang kita ditempatkan itu ada kewajiban yang perlu kita laksanakan.  Hal tersebut merupakan amanah yang dipertaruhkan oleh Allah s.w.t kepada kita. Qadar adalah utusan yang mengajak kita memperhatikan perbuatan Allah s.w.t, sifat-sifat-Nya, nama-nama-Nya dan Zat-Nya Yang Maha Suci, Maha Mulia dan Maha Tinggi. Tidak ada satu Qadar, tidak ada satu ruang dan waktu yang padanya tidak terdapat ayat-ayat atau tanda-tanda yang menceritakan tentang Allah s.w.t. Kegagalan untuk melihat kepada ayat-ayat  Allah s.w.t itu adalah karena perhatian hanya tertumpu kepada makhluk dan kejadian yang menjadi sebab musabab yang dibawa oleh Qadar yang menempati sesuatu ruang  dan waktu itu. Apabila perhatian tertumpu kepada makhluk dan kejadian maka makhluk dan kejadian itu menjadi hijab antara hamba dengan Allah s.w.t. 

Hamba akan melihat makhluk dan kejadian mempunyai kesan terhadap sesuatu dan dia lupa kepada kekuasaan Allah s.w.t yang mengawal segala sesuatu itu. Kewajiban si hamba adalah menghapuskan hijab tersebut, ruang dan waktu yang dia berada di dalamnya, dia tetap melihat kepada ayat-ayat Allah s.w.t. Hatinya tidak putus bergantung kepada Allah s.w.t. Ingatannya tidak luput dari mengingat Allah s.w.t. Mata hatinya tidak lepas  memperhatikan sesuatu tentang Allah s.w.t. Ingatan dan perasaannya sentiasa bersama Allah s.w.t. Setiap Qadar, ruang dan waktu adalah kesempatan baginya mendekati Allah s.w.t.

Hati kita bisa saja mengarah kepada dunia atau kepada akhirat ketika menerima kedatangan  Qadar. Biasanya tarikan kepada dunia kita anggapkan sebagai halangan, sementara tarikan kepada akhirat kita anggap sebagai jalan yang menyampaikan. Sebenarnya kedua-duanya adalah halangan karena kedua-duanya adalah alam atau makhluk yang Tuhan ciptakan. Syurga, bidadari, Kursi dan Arasy adalah makhluk yang Tuhan ciptakan. Alam ini kesemuanya adalah gelap gulita, yang meneranginya adalah karena adanya Allah s.w.t padanya (Hikmat 14). Alam adalah cermin yang memperlihatkan cahaya Allah s.w.t yang padanya ada kenyataan Allah s.w.t.  Yang demikian, walau di dalam Qadar apa pun kita berada, kesempatan untuk melihat Allah s.w.t dan mendekat kepada-Nya tetap ada. Kesempatan ini adalah hak Allah s.w.t terhadap hamba-Nya. Hak ini wajib ditunaikan pada waktu itu juga, tidak boleh ditunda  kepada waktu yang lain, karena pada waktu yang lain ada pula hak Allah s.w.t yang lain.

Setengah ulama memfatwakan bahwa sholat yang terlewat dari waktunya bisa dilakukan semula secara Qadha. Sekali pun sholat boleh dibuat secara Qadha, tetapi hak Allah s.w.t yang telah terlewat tidak boleh diQadha. Hamba yang benar-benar menyempurnakan kewajibannya terhadap hak Allah s.w.t adalah yang tidak berkelip mata hatinya memandang kepada Allah s.w.t, tidak membayangkan akan didudukkan dalam suasana atau Qadar apa pun. Setiap waktu dan ruang yang dimasukinya adalah jembatan yang menghubungkannya dengan Tuhannya. 

No comments:

Post a Comment