Tuesday, February 1, 2011

SIKAP ORANG BODOH

TIDAK MENINGGALKAN SEDIKIT PUN DARI KEBODOHAN BAGI SIAPA SAJA YANG BERKEHENDAK MENGADAKAN PADA SESUATU MASA, SESUATU YANG LAIN DARI APA YANG DIJADIKAN ALLAH S.W.T PADA MASA ITU.
 
Dalam perjalanan menuju Allah s.w.t ada sebagian orang yang tertinggal di belakang walaupun mereka sudah melakukan amal yang sama seperti yang dilakukan oleh orang lain yang lebih maju. Satu halangan yang menyekat golongan yang tertinggal itu adalah kebodohannya yang tidak mau tunduk kepada ketentuan Allah s.w.t. Dia masih dipermainkan oleh nafsu dan akal yang menghijab hatinya dari melihat Allah s.w.t dibanding yang dilihat.nya Pandangannya hanya tertuju kepada alam, benda dan perkara zahir saja. Dia hanya melihat kepada ketentuan hukum sebab-musabab dan hanya bergantungan kepada amalnya. Dia yakin yang  dengan mendapatkan apa yang dia inginkan melalui usahanya.
 
Keadaan orang yang disebutkan di atas telah disentuh pada Hikmah 1. Ketika rohani orang lain telah maju di dalam menuju Allah s.w.t dia masih  saja berputar-putar di dalam kesamaran dan keraguan. Nafsunya tetap melahirkan keinginan-keinginan. Keinginan diri sendiri menjadi rantai yang mengikat kaki daripada berjalan menuju Allah s.w.t. Bagaimana bisa seseorang mendekati Allah s.w.t jika dia enggan menjadikan Allah s.w.t sebagai Pengurus semua aspek kehidupannya. Walau para hamba rela atau membantah, Allah s.w.t tetap melaksanakan ketentuan-Nya. Allah s.w.t melaksanakan kehendak-Nya pada setiap masa dan tidak ada siapapun yang dapat menghalangi-Nya.
 
Tiap-tiap masa Ia (Allah) di dalam urusannya (menciptakan makhluk-makhluk-Nya).
( Ayat 29 : Surah ar-Rahman )
 
Allah s.w.t saja yang mencipta, meletakkan hukum dan peraturan, memberikan rezeki dan lain-lain. Dia menentukan urusan dengan bijaksana dan adil, termasuk urusan mengenai diri kita dan apa yang terjadi pada kita. Kita memandang diri kita dan kejadian yang menimpa kita dalam lingkup yang kecil. Allah s.w.t  melihat kepada seluruh alam dan semua kejadian, tanpa keliru pandangan-Nya kepada diri kita dan kejadian yang menimpa kita, juga tidak beralih pandangan-Nya dari makhluk-Nya yang lain.
 
Urusan-Nya adalah menyeluruh dan sempurna. Orang yang tidak berbekas pada hatinya akan kesempurnaan Allah s.w.t itu adalah orang dungu. Dia masih juga membantah tentang perjalanan hukum takdir Ilahi, seolah-olah Tuhan harus tunduk kepada hukum makhluk-Nya. Bagi murid yang cenderung mengikuti latihan kerohanian perlulah berusaha untuk melenyapkan kehendak diri sendiri dan hidup dalam ketentuan Allah s.w.t. Jangan sekali-kali bermain-main dengan takdir, karena Penentu Takdir tidak pernah berbincang dengan siapa pun dalam menentukan arus ketentuan-Nya.
 
Jika kita mau mengenali Allah s.w.t kita tidak boleh melihat-Nya pada satu aspek saja. Jika kita melihat Allah al-Ghafur (Maha Pengampun), kita juga harus melihat Allah al-‘Aziz (Maha Keras). Jika kita melihat Allah al-Hayyu (Yang Menghidupkan) kita juga harus melihat Allah al-Mumit (Yang mematikan). Jika kita dapat melihat semua Sifat-sifat Allah s.w.t dalam satu kesatuan barulah kita dapat mengenali-Nya dengan sebenar-benarnya. Bila Allah s.w.t dikenali dalam semua aspek, hikmah kebijaksanaan-Nya dalam menentukan suatu perkara pada sesuatu masa tidak terlindung lagi dari pandangan mata hati.
 
Hati yang tidak mau tunduk kepada Yang Maha Pengatur tidak akan menemui kedamaian. Waktu, ruang dan kejadian akan membuatnya gelisah karena nafsunya tidak dapat menguasai semua itu. Dia inginkan sesuatu perkara pada satu masa sedangkan Maha Pengatur inginkan perkara lain. Kehendak makhluk tidak dapat mengatasi kehendak Tuhan. Jika mau hati kita menjadi tenteram usahakan agar hati sentiasa ingat kepada Allah s.w.t.
 
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan  tenteram hati mereka dengan zikrullah”. Ketahuilah! Dengan “zikrullah” itu,  tenteramlah hati manusia. (Ayat 28 : Surah ar-Ra’d)
  Berimanlah kepada Allah s.w.t dan beriman juga kepada takdir. Lepaskan Faham sebab musabab yang menjadi pagar nafsu menutup hati.

Tidak ada kesusahan (atau bala bencana) yang menimpa (seseorang) melainkan dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah, Allah akan memimpin hatinya (untuk menerima apa yang telah berlaku  dengan tenang dan sabar); dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu. ( Ayat 11 : Surah at-Taghaabun )

No comments:

Post a Comment