Wednesday, February 2, 2011

PEMBIMBING JALAN HAKIKI

TIDAK BERCITA-CITA SEORANG SALIK ( MURID ) UNTUK BERHENTI KETIKA TERJADI KASYAF (TERBUKA PERKARA GHAIB) , MELAINKAN SUARA HAKIKI BERSERU KEPADANYA: “ APA YANG KAMU CARI MASIH JAUH DI HADAPAN  (OLEH SEBAB ITU JANGAN KAMU BERHENTI)!” DAN TIDAK TERBUKA BAGINYA ALAM MAYA MELAINKAN DIPERINGATKAN OLEH HAKIKAT ALAM ITU: “SESUNGGUHNYA  KAMI ADALAH UJIAN, KARENA ITU JANGANLAH KAMU KUFUR!"

Latihan penyucian hati membawa rohani si salik (murid) meningkat dari satu peringkat kepada peringkat yang lebih tinggi. Kekuatan rohaninya bertambah dan pada saat yang sama juga mempengaruhi bahwa kesadaran inderawinya berkurangan. Dalam keadaan seperti ini rohaninya mampu menjadi penasehat untuk dirinya sendiri. Bila terlintas dalam hatinya untuk melakukan kesalahan akan tercetuslah perasaan membantah perbuatan tersebut, seolah-olah ada orang yang menasihatinya. Apabila sampai kepada satu peringkat kesucian hati akan terbuanglah dari hatinya mengenai hal-hal yang bersifat duniawi, sifat syaithon dan hawa nafsu.

Lintasan duniawi membawa kepada kelalaian, karena keserakahan dan kesenangan harta benda. Lintasan sifat syaithoni membawa kepada perbuatan syirik dan bid'ah yang bertentangan dengan Sunah Rasulullah s.a.w. Lintasan hawa nafsu pula mendorong kepada maksiat dan kemunkaran. Bila hati sudah terjaga dari lintasan-lintasan jahat, maka hati akan didatangi oleh lintasan malaki (malaikat) dan Rahmani (Tuhan).
 
Lintasan malaki (malaikat) mengajak kepada kita untuk berbuat taat kepada Allah s.w.t dan meninggalkan larangan-Nya. Makna Lintasan Rahmani  adalah tarikan langsung daripada Tuhan. Dalam lintasan-lintasan duniawi, sifat syaithoni, hawa nafsu dan malaki, manusia mempunyai pilihan untuk menerima ataupun menolak. Akal dan imannya bisa memikirkan dan menimbang akan sebab dan akibat jika dia mengikuti sesuatu rangsangan itu. Tetapi, dalam lintasan Rahmani seorang hamba tidak mempunyai pilihan, tidak ada hukum sebab musabab yang bisa mencegahnya dan tidak ada hukum logika yang dapat menguraikannya. Misalnya, seorang yang tidak pernah turun ke laut, tiba-tiba pada suatu hari dia pergi ke laut dan mandi, lalu mati lemas. Artinya, tidak dapat diterangkan mengapa dengan tiba-tiba dia mau mandi di laut dan dia tidak dapat melawan keinginan yang timbul dalam hatinya itu. Kuasa Allah s.w.t. yang menariknya ke laut dan mandi lalu mati di laut, kejadian seperti ini dinamakan lintasan Rahmani atau tarikan ketuhanan. 

Dalam perjalanan kerohanian seorang salik (murid)  bisa saja menerima lintasan Rahmani yang membawanya melakukan sesuatu yang kelihatan aneh, tidak masuk akal dan dia sendiri tidak dapat memberikan penjelasan tentang tindak tanduknya, walaupun dia masih dapat melihat perbuatan yang dilakukan oleh dirinya sendiri itu.
 
Semasa pengembaraannya ke dalam alam kerohanian, seorang salik (murid) ada kemungkinan  memperoleh kasyaf yaitu terbuka keghaiban kepadanya, dan ada juga yang tidak sama sekali, karena tergantung keimanannya. Dia dapat melihat apa yang tersembunyi, dan dia bisa saja dapat melihat  peristiwa yang akan terjadi saat itu atau dikemudian hari. Mungkin juga dia diberikan kurnia kekeramatan seperti " mulut se-ucap kata ", berjalan di atas air, menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Seorang salik (murid) bisa juga dapat melihat dengan mata hatinya keadaan Alam Barzakh, syurga dan neraka. Penemuan perkara-perkara yang ganjil, ajaib dan indah-indah bisa mempesonakan si salik (murid) dan dapat menyebabkan dia menjadi keliru karena merasa dirinya sudah sampai ke puncak, lalu dia berhenti di situ. Lebih membahayakan lagi jika si salik (murid) tidak mendapat bimbingan guru atau guru yang membimbingnya tidak memahami tentang seluk-beluk alam kerohanian. Si guru tidak dapat menjelaskan pengalaman aneh yang dialami oleh murid, lalu si murid tidak ada pilihan kecuali membuat tafsirannya sendiri. Oleh sebab itu, pengalaman tersebut adalah berkenaan  dengan  perkara ghaib, maka si murid bisa dengan mudahnya menyangka segala yang ghaib itu adalah aspek ketuhanan.
 
Di sini timbullah berbagai anggapan tentang Tuhan, karena dia menyangka bahwa dia telah melihat zat Tuhan. Timbullah sangkaan tentang Tuhan adalah nur dengan warna yang tertentu. Ada pula yang beranggapan Tuhan itu rupanya tegak seperti huruf alif. Ada pula yang mengatakan Tuhan adalah cahaya yang sangat halus. Bermacam-macam lagi anggapan tentang Tuhan muncul akibat kejahilan mengenai alam ghaib. Prasangka yang meletakkan Zat Allah s.w.t di dalam ruang dan berbentuk  adalah kekufuran. Bahaya penyelewengan akidah kepada orang yang belajar ilmu hakikat kepada yang bukan mursyid adalah  dosa besar. Orang yang belajar ilmu hakikat cara demikian hanya membahas zat Ilahiah dengan menggunakan akalnya, sedangkan akal tidak ada pengetahuan tentang zat Tuhan.
    
Murid atau salik yang mendapat bimbingan dari guru yang mursyid  akan mendapat rahmat, taufik dan hidayah dari Allah s.w.t serta akan dapat melalui fitnah-fitnah dunia yang tersebut di atas dengan selamat. Seorang salik (murid) yang masuk ke dalam Tarikan ketuhanan atau mendapat kekeramatan yang ada pada dirinya akan berjalan terus walau pun kekeramatan yang dia miliki ditemuinya di tengah jalan dalam pengembaraan kerohanian, sekalipun dia ditawarkan dengan syurga. Tarikan ketuhanan yang diperoleh seorang salik (murid) itu dinamakan Petunjuk Ilmu, Perintah Batin, Petunjuk Laduni atau Suara Hakiki atau Pembimbing Hakiki. Ia adalah tarikan langsung daripada Allah s.w.t agar hamba yang Allah s.w.t mau temui itu selamat sampai kepada-Nya. Seorang salik akan menafikan semua yang ditemuinya meskipun  tidak semua orang bisa memilikinya. Ketika kekeramatannya disaksikan  orang lain, atau dirinya sendiri, maka kekeramatan yang dimilikinya adalah sifat bukan zat. Sepanjang perjalanan kealam kerohanian seorang salik akan merenungi dan memuji ketika melihat  ciptaan Tuhan, dialam kerohanian ini seorang salik akan mengungkap hikmah kebijaksanaan Tuhan dan tanda-tanda yang memberi pemahaman tentang Dia. Zat Ilahiah tetap tinggal tertutup rapat oleh nur di balik nur dan tidak dapat ditembusi oleh siapa pun dan penglihatan yang bagaimana pun. Jika nur yang disaksikan atau nampak padanya, maka nur tersebut adalah salah satu daripada tanda-tanda-Nya dan juga salah satu daripada Nama-nama-Nya. Setelah  dapat  bertemu denga Tuhan, maka seorang salik (murid) akan sampai kepada puncak kedunguannya yaitu pengakuan tentang kelemahannya mengenai zat Ilahiah. Inilah puncak pencapaian yang tertinggi dan orang yang sampai kepada hakikat ini dinamakan orang yang bermakrifat atau orang yang mengenal Allah s.w.t.
" Tidak ada sesuatu apa pun yang menyerupai-Nya ".
Tidak ada yang menyerupai-Nya dan menyamai-Nya, mana mungkin ada gambaran tentang-Nya yang dapat ditangkap oleh penglihatan makhluknya? Kebodohan dan kedunguan adalah hijab dan tidak mungkin terungkap tentang zat Ilahiah kecuali pada hari akhirat kelak, apabila seorang hamba diizinkan memandang dengan pandangan mata. Sebelum menjumpai  masa akhirat, maka tidak akan mungkin seorang hamba dapat melihat Allah s.w.t. Apa yang diistilahkan sebagai melihat Allah s.w.t adalah menyaksikan Allah s.w.t pada sesuatu yang didalamnya terdapat tanda-tanda penciptaan-Nya,  hikmah-Nya dan tadbir-Nya. Ini merupakan penglihatan akal serta mata hati atau melihat Nur-Nya yaitu melihat Rahasia Allah s.w.t yang tersembunyi pada sekalian kejadian-Nya. Zat Ilahiah tetap tinggal dan tertutup oleh keghaiban yang mutlak (Ghaibul Ghuyub).
 
Seorang sufi selalu mengatakan mereka melihat Allah s.w.t. Apa yang mereka maksudkan adalah penglihatan ilmu dan penglihatan hati nurani, penglihatan yang mengandung rasa kecintaan yang sangat mendalam terhadap Allah s.w.t, dan kerinduan yang membara di dalam hati mereka. Itulah penglihatan mereka yang gila (Majdub) akan Allah s.w.t. Jangan ditafsirkan ucapan mereka secara lafaz tetapi selami hati mereka untuk memahami keasyikan dan kemabukan yang mereka alami.

No comments:

Post a Comment